Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peluit Pertarungan Sengit 2024 Sudah Berbunyi

6 Januari 2022   08:53 Diperbarui: 8 Januari 2022   17:06 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Simulasi pemungutan suara saat pemilu. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL via kompas.com)

Efektifitas tapping telepon oleh intelijen menjadi terbatas karena informasi yang diperoleh hanya pembicaraan dua orang, sementara untuk mengetahui dinamika publik diperlukan ruang obrolan (chat) yang sifatnya lebih besar dan massal.

Sehinga, dinamika pandangan dan reaksi publik dapat dengan mudah direkam dicatat dan dijadikan bahan analisa yang bahkan secara statistik dapat dicari korelasi hubungan antara suatu isu dengan isu lain. 

Sebelum berkembangnya facebook dan twitter, intelijen telah mempersiapkan jebakan media sosial yang lebih terbatas berupa grup-grup email dan forum-forum komunikasi online yang diakses dengan keanggotaan.

Ironisnya, yang mendapatkan manfaat dari perkembangan media sosial bukan hanya intelijen, melainkan juga para pemain propaganda yang dapat dengan mudah menawarkan sebuah "kampanye" untuk kepentingan tertentu yang sebenarnya sarat dengan berita bohong. 

Sementara itu, publik baik tokoh maupun orang biasa secara umum adalah bagian dari permainan dimana disadari atau tidak akan ikut-ikutan meramaikan dinamika propaganda yang dihembuskan.

Pandangan tentang tahun Indonesia di tahun politik ini , diharapkan pemerintah harus menjaga alat-alat negara dengan bersikap netral dan profesional. Terutama polisi, tentara, dan birokrasi. 

Meski melalui Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman diungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo tidak berminat memperpanjang jabatan menjadi tiga periode. 

"Berdasarkan pernyataan Presiden Joko Widodo pada 15 Maret 2021, 'saya tidak ada niat, tidak ada juga berminat menjadi presiden 3 periode'," ujar Fadjroel menirukan pernyataan Jokowi. 

Namun, upaya mewujudkan Jokowi 3 Periode masih terus bergerak dengan berbagai pro dan kontra serta kontroversi perdebatan. 

Bagi pendukung, keberlanjutan kekuasaan dan akses kepada proyek-proyek nasional, salah satunya ibukota baru di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur. 

Sebaliknya, bagi yang kontra, tentu menjadi mimpi buruk karena semakin lamanya rezim berkuasa akan semakin sulit untuk merubah keadaan khususnya peta politik nasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun