Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Peluit Pertarungan Sengit 2024 Sudah Berbunyi

6 Januari 2022   08:53 Diperbarui: 8 Januari 2022   17:06 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Simulasi pemungutan suara saat pemilu. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD IQBAL via kompas.com)

Penyidik ini terjadi juga setelah Komnasham menyerahkan seluruh barang bukti kepada polisi mencakup proyektil peluru, video, foto jenazah ketika diterima keluarga dan serpihan mobil dari lokasi kejadian. Seluruh barang bukti menjadi salah satu alasan bagi Polri untuk memproses hukum anggota sendiri.

Bahkan, dugaan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) KM 50. Amien Rais dipatahkan oleh Komnasham, karena syarat ke pengadilan HAM internasional di Belanda tidak terpenuhi. 

Pembunuhan terhadap empat anggota FPI dinilai bukan pelanggaran HAM berat yang ditandai pola serangan berulang dan banyak jatuh korban. 

Komnasham juga pernah bertemu TP3, tetapi mereka tidak membawa bukti dan tidak bersama keluarga korban, hanya menyodorkan analisis yang akhirnya dipatahkan dengan mudah.

Sementara, soal kasus mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean dilaporkan ke Bareskrim Polri terkait dugaan penyebaran berita bohong yang berpotensi menimbulkan keonaran. 

Laporan terhadap Ferdinand ini dibuat Ketua DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) KNPI Haris Pertama dan telah diterima Bareskrim Polri pada 5 Januari 2022 dengan nomor LP/B/007/I/2022/SPKT/BARESKRIM POLRI.

Terkait dengan viralnya cuitan ini Ferdinand pun mengklarifikasi. Ia juga meminta maaf kepada pihak yang merasa tidak nyaman akan cuitannya. 

"Klarifikasi atas cuitan saya yg kemudian viral, semoga semua bisa paham. Bahwa sesungguhnya itu dialog antara pikiran dan hati saya yg sedang down. Bukan untuk menyasar kelompok tertentu, orang tertentu dan agama tertentu. Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Terimakasih," tulis Ferdinand di akun Twittrnya (5/1/2022).

Menjadi catatan di sini, perkembangan media sosial dan kolom komentar pada media mainstream memberikan ruang bermain yang lebih luas.

Pada saat ini pemain propaganda berita bohong relatif leluasa menyebarkan berita bohong tanpa dapat disentuh oleh karena kecerdikan penggunaan ribuan akun-akun palsu. Hal ini bukan fenomena khas Indonesia, melainkan terjadi di berbagai negara di dunia. 

Pada awalnya pengembangan media sosial adalah bagian dari kerjasama intelijen dengan pengembang media sosial dan berbagai aplikasinya untuk mengetahui pandangan dan reaksi masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun