Di zaman yang modern seperti sekarang ini masyarakat sering mengalami berbagai tekanan hidup yang kompleks. Hal ini menjadi lebih berat ketika tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta yang dikenal dengan tingkat stres yang tinggi. Jakarta bahkan masuk dalam daftar 10 kota dengan tingkat stres tertinggi di dunia menurut laporan The Least and Most Stressful Cities Index 2021 dengan skor 41,8. Tingkat stres yang tinggi dapat berdampak kurang baik pada produktivitas seseorang karena cenderung membuat kurang efisien dalam menjalankan tugas sehari-hari. Untuk tetap menjaga produktivitas dan keseimbangan dalam hidup membutuhkan hiburan yang dapat diakses dengan mudah dan sesuai dengan jadwal harian seperti menonton film.
Hiburan dalam bentuk film juga didukung secara kuat oleh para pembuat film yang terbukti dari film yang dihasilkan dengan berbagai genre. Pada beberapa waktu yang lalu ada dua film yang saling berkompetisi mendapatkan perhatian masyarakat dunia berupa film Oppenheimer dan Barbie. Film Oppenheimer menghadirkan kisah nyata yang menggugah dan memberikan wawasan mendalam tentang sejarah serta dampaknya terhadap dunia. Sedangkan film Barbie menawarkan hiburan yang ceria dan menginspirasi bagi penonton anak muda. Dengan tema yang berbeda dan waktu tayang yang sama menciptakan berbagai pertarungan menarik untuk dibahas. Maka dari itu berikut ini beberapa contoh pertaruangan yang dihasilkan dari dua film tersebut yaitu:
Dalam hal pemeran utama film Oppenheimer memerlukan kemampuan mendalam untuk menyampaikan emosi dan konflik karakter mengingat kompleksitas narasi dan latar belakang sejarah yang dibawanya. Dimana film tersebut mengisahkan tentang J. Robert Oppenheimer yang merupakan seorang ilmuwan brilian dipenuhi oleh konflik internal yang kuat. Di sisi lain untuk film Barbie menampilkan peran utama yang menonjolkan keceriaan dan kepribadian yang kuat serta mencerminkan nilai-nilai positif dan petualangan yang menginspirasi. Karakter Barbie membawa pesona dan semangat yang melekat pada boneka ikonik yang sudah dikenal oleh masyarakat. Akhirnya aktor atau aktris yang berhasil memerankan tokoh utama dalam film Oppenheimer adalah Cillian Murphy sementara Margot Robbie untuk film Barbie.
Tujuan audiens juga terdapat perbedaan antara film Oppenheimer dan Barbie yang bertolak belakang. Tujuan audiens dari film Oppenheimer untuk menarik penonton yang lebih dewasa atau penggembar sejarah ke dalam cerita mendalam dan kompleks. Film ini menyasar audiens yang ingin mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang tokoh dan peristiwa sejarah di masa lampau. Tetapi untuk film Barbie ditujukan untuk penonton yang lebih muda dalam mencari hiburan yang menyenangkan. Apalagi pesan yang dibawa berupa petualangan menghibur dan positif sehingga tujuan untuk memberikan pengalaman mengasikan bagi penonton. Maka tujuan audiens dari film Barbie berupa anak muda yang menginginkan hiburan dari petualangan Barbie dari konflik yang dibawa.
Penggunaan musik memainkan peran yang penting untuk menciptakan atmosfer yang akan mempengaruhi pengalaman emosional penonton. Dalam film Oppenheimer yang menampilkan sejarah dan ketegangan emosional sehingga musik yang digunakan cenderung serius dan mendalam. Note musik yang digunakan mengandalkan paduan melodi yang penuh kekuatan dan nada yang mengharukan dirancang untuk memperkuat nuansa dramatis dan berat dari peristiwa sejarah yang dibawakan. Tujuannya agar dapat menambahkan lapisan emosi yang mendalam pada setiap adegan yang ditampilkan. Sebaliknya pada film Barbie menggunakan note musik yang lebih ceria dan penuh semangat. Sehingga melodi yang digunakan lebih cerah dan ritme yang mengasyikkan dengan tujuan untuk meningkatkan kesenangan dan keceriaan penonton. Selain itu musik dalam film Barbie juga memberikan sentuhan positif agar membawa energi dan semangat kepada penonton.
Efek visual memainkan peran yang signifikan dalam membentuk pengalaman visual menonton film. Untuk film Oppenheimer penggunaan efek visual lebih fokus kepada reka ulang yang autentik dari periode sejarah. Maka dari itu penggunaan desain sampai kostum dibuat secara akurat untuk menghasilkan efek visual yang lebih realistik. Adanya hal tersebut akan mampu menghadirkan suasana dan atmosfer yang mendalam dan autentik sesuai dengan sejarah yang diangkat. Sedangkan film Barbie penggunaan efek visual lebih bertujuan menciptakan dunia animasi yang fantastis dan mengagumkan. Setiap detail yang ditampilkan akan mempersembahkan kehidupan secara menawan dari mulai karakter hingga latar belakang.
Naskah yang menjadi pondasi dalam sebuah film juga terdapat perbedaan yang bertolak belakang antara film Oppenheimer dan Barbie. Dalam film Oppenheimer naskah yang digunakan lebih serius dan terperinci karena menggambarkan kisah nyata atas ilmuan brilian. Selain itu naskah pada film Oppenheimer cenderung lebih memperlatikan hal detail akan konflik internal karakter utama, peristiwa sejarah yang penting, dan implikasinya bagi masyarakat. Di sisi lainnya naskah untuk film Barbie lebih dibuat untuk lebih ringan dengan penuh humor guna menarik perhatian penonton. Gaya bahasa yang digunakan dalam berdialog juga dibuat kocak dengan fokus kepada petualangan yang menghibur sambil memberikan pesan positif.
Pengambilan gambar juga terdapat perbedaan antara kedua film tersebut disesuaikan dengan genre dan cerita yang diangkat. Dalam film Oppenheimer pengarahan gambar lebih cenderung realistik dan dramatis. Apalagi dengan memanfaatkan teknologi sinematografi modern membuat setiap gambar yang ditampilkan secara mendalam dan memukau. Hasilnya akan menciptakan atmosfer yang memikat dan menyatu dengan narasi yang serius. Sedangkan pada film Barbie pengambilan gambar lebih cerah dan penuh warna. Gaya visual yang ditampilakn juga sangatlah hidup dan ceria. Pada film Barbie juga mempersembahkan dunia yang penuh warna mencolok dengan detail menawan. Sehingga dalam setiap gambarnya akan dipenuhi oleh kegembiraan dan keceriaan didalamnya.
Aspek lainnya yang menjadi perbedaan antara dua film tersebut berupa durasinya. Untuk film Oppenheimer memiliki durasi yang lebih panjang. Hal tersebut agar dapat memberikan ruang yang lebih besar untuk menyampaikan narasi yang kompleks dan mendalam. Apalagi pada film tersebut juga juga harus dapat menyampailkan peristiwa sejarah dan karakter yang lebih rinci. Sedangkan film Barbie memiliki durasi yang lebih pendek. Dengan durasi yang lebih pendek akan dapat memberikan hiburan yang padat dan memikat tanpa adanya waktu terbuang. Hal tersebut dirancang agar dapat memastikan secara pasti akan pesan positif dan petualangan menghibur dapat disampaikan. Secara lebih rinci durasi film Oppenheimer mungkin berkisar antara 2 hingga 3 jam sementara Barbie mungkin memiliki durasi sekitar 1,5 hingga 2 jam.
Strategi pemasaran untuk film Oppenheimer cenderung lebih memprioritaskan pendekatan yang serius dan fokus pada konten sejarah. Maka dari itu melibatkan kampanye promosi yang menekan kepada aspek dramatis dari narasi sejarah dengan penekankan kepada ulasan kritikus sampai kalangan akademisi. Tetapi pada film Barbie mengadopsi strategi pemasaran yang lebih oritentasi kepada anak muda dengan melibatkan media sosial dan kemitraan dengan melibatkan influencer yang telah terkenal.
