Cinta berhakikat pengakuan hati pada kehadiran jiwa lain yang menyatukan,
tanpa memandang siapa atau apa, janji suci yang tertulis dalam nadi.
Namun, seringkali janji itu tenggelam dalam noktah merah kehidupan.
Sang Jelita yang hidup dalam kemewahan, bergaul bersama anak raja elit kehidupan.
Mengiringi mimpinya dengan dongeng fantasi, cermin hidup sempurna.
Sementara di dapur istana,
Jelata, sang pelayan hidup dalam ujung telunjuk, telapak kaki, himpitan ketiak sosialita.
Hanya meratapi kepedihan dalam ironi kemewahan tanpa mengenal manisnya cinta.
Sejatinya Jelita Jelata adalah kawan berteman saling percaya.
Jelita berjanji membawa Jelata untuk hidup lebih baik.
Namun, kini ia lupa janji itu, meninggalkan si Jelata dalam gelapnya kehidupan.
Dalam kilaunya Jelita, ada kekosongan tak terucap, peluh noda janji hati terkhianati.
Bisingnya pesta penuh arak memabukkan, lupa pada siapa yang menghantarnya.
Tatapan janji kosong dalam kemewahan, tak mengizinkan cinta bicara,
bertanya janji yang telah tertulis dalam nadi.
Mereka hanya bisa saling menatap tanpa ada pelukan.
Bilakah janji yang telah mati akan kembali?
Akankah si Jelata percaya jika dia berjanji kedua kali?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI