Saat jiwa seniku berkelebat di kepala.
Ingin mengukir kebaikan di atas kayu kehidupan, memperkokoh tiang mengukir nilai.
Keinginan kita yang selalu ingin keindahan, akan terus menemani mimpi.
Dari dunia hitam yang selalu pekat muslihat, bahwa fakta perasaan tak bisa diingkari.
Pertanyaan yang selalu muncul, apakah kayu ini layak diukir atau dibiarkan?
Ukiran apa yang pantas dibuat dalam kayu ini?
Barangkali...,
ada sedikit kesempatan menyalurkan jiwa seni kita, memperbaiki detil kecil membuang lapuk, agar kayu ini memiliki makna dan nilai berharga.
Bukan masalah mampu tidak mampu, namun seberapa besar kemauan kita untuk mencoba mengukirnya agar terlihat indah dan bisa dinikmati.
Indahkah ukiran kayu itu?
Kuatkah rupa yang tercipta?
Atau mungkin tambah semrawut?
Apakah ukiran kita rapi?
Atau hanya asal ukir, rorek sana rorek sini?
Kita hanya bisa melihatnya dari kejauhan
Kita tidak bisa berkata ini baik atau buruk, setiap mata yang melihat akan berbeda sudut pandang
Yang jelas..., meskipun kayu ini lapuk, tetaplah ini kayu jati.
Kita akan terus mengukir, menggurat pisau tanpa ragu, membuang busuk lapuknya kayu jati.
Memberi keindahan dalam keadaan apapun, agar semua orang bisa menikmati kayunya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI