Di era serba digital ini, ruang untuk berbagi cerita dan isi hati menemukan wujud baru dalam fenomena confession online. Bukan lagi sekadar buku harian yang tersembunyi di balik bantal, melainkan platform daring terbuka, bahkan seringkali anonim, menjadi wadah bagi remaja untuk mencurahkan segala emosi, pengalaman, hingga rahasia terdalam melalui berbagai flafform media sosial.
Maraknya tren ini di kalangan generasi muda memunculkan pertanyaan menarik seputar motivasi di baliknya serta implikasi psikologis yang mungkin menyertainya, sebuah lanskap emosional digital yang patut untuk kita telaah lebih dalam.
Kita dapat melihat bagaimana curhatan-curhatan ini meliputi spektrum emosi yang luas, mulai dari kegembiraan dan cinta pertama, hingga kecemasan, tekanan akademik, masalah keluarga, perundungan, bahkan isu-isu kesehatan mental.
Keterbukaan yang ditawarkan oleh anonimitas ini menjadi daya tarik tersendiri, memungkinkan remaja untuk berbagi hal-hal yang mungkin sulit diungkapkan pada orang terdekat di dunia nyata karena takut akan stigma, penilaian, atau konsekuensi sosial.
Melalui confess, seseorang mampu mengarahkan kerentanan mereka, mencari pembenaran dan dukungan teman sekaligus bergulat dengan harapan normatif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktik confess ini dapat membawa dampak positif, seperti peningkatan penerimaan diri, dan konsekuensi negatif, termasuk kecemasan yang timbul dari pengawasan publik. Juga berpotensi pada dampak negatif.
Confess juga dapat memberikan pengalaman emosional secara langsung, baik dalam bentuk penolakan maupun penerimaan, dapat mempengaruhi kesejahteraaan secara signifikan, dengan berbagai macam dampak yang dialami.
Confess Sebagai Sarana Pengungkapan Diri
Masa remaja adalah fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini, Â remaja menghadapi berbagai tantangan tersendiri, dimana mereka dianggap sudah lebih matang dibandingkan pada masa kanak-kanak, tetapi di sisi lain remaja belum dianggap mutlak bisa bertanggung jawab.
Masa ini biasanya juga disebut sebagai masa mencari identitas diri untuk menemukan siapa dirinya dan arah tujuan hidupnya, bereksplorasi terhadap peran yang dihadapinya. Remaja mulai lebih memperhatikan berbagai aspek kehidupan yang secara khusus berhubungan dengan apa yang mereka akan hadapi sebagai orang dewasa di masa yang akan dataing (Dewi).
Masa remaja adalah suatu tahapan yang sangat penting, pada masa ini individu harus mulai bisa mengasah kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengelola perasaan, mengatur suasana hati, dan mengendalikan emosi. Â
Hal ini mencakup kemampuan untuk tidak berlebihan dalam merasakan kesenangan atau  kesedihan, menjaga tekanan emosional agar tidak mengganggu kemampuan berpikir, dan kemampuan untuk bertahan menghadapi frustasi.
Pengungkapan diri merupakan proses di mana seseorang mengungkapkan reaksi atau tanggapan  terhadap situasi yang dihadapi, serta memberikan informasi relevan tentang masa lalu yang dapat membantu memahami tanggapannya saat ini. Hal ini menjelaskan kematangan emosi.
Salah satu ciri dari individu yang memiliki kematangan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan pikirannya dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterima (Prasetya).
Fenomena Confess dan Lingkungan
Individu dalam melakukan sesuatu hal akan didasari oleh adanya dorongan atau latar belakang untuk memenuhi kebutuhannya, hal ini merupakan sumber motivasi manusia (Kuswandini). Latar belakang individu melakukan sesuatu seringkali dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Biasanya individu akan mempertimbangkan beberapa aspek dan faktor tersebut untuk melakukan tindakan tertentu dan bagaimana faktor-faktor tersebut bekerja.
Lingkungan sosial, termasuk keluarga dan teman sebaya memiliki peran penting dalam mendorong individu untuk melakukan sesuatu termasuk confess. Dukungan dari lingkungan sekitar membuat subjek lebih terbuka atas apa yang akan mereka lakukan.
Diri sendiri, aspek internal seperti kepribadian, moralitas, dan kesadaran diri sendiri juga mempengaruhi keputusan subjek untuk melakukan confess. Individu yang memiliki integritas tinggi dan mengerti apa yang mereka rasakan dan inginkan cenderung akan lebih memilih untuk melakukan confess.
Kondisi Psikologis, seperti rasa untuk mendapat penerimaan, kebutuhan pembenaran perasaan, dan pengurangan beban emosional juga berkontribusi dalam latar belakang seseorang untuk melakukan confess.
Meskipun confess dapat membawa kelegaan, individu juga menyadari bahwa setiap apa yang mereka lakukan akan menimbulkan dampak, salah satunya adalah melakukan confess.
Meskipun mereka sadar bahwa hal ini akan menimbulkan risiko, keberanian mereka untuk melakukan confess menjadi langkah penting dalam mengatasi beban emosional dan menciptakan ruang untuk penyembuhan.
Signifikansi Dampak Fenomena Confess
Perubahan dianggap sebagai suatu fenomena alamiah yang dianggap sebagai bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan dari kehendak kekuasaan Tuhan. Dalam konteks ini, perubahan bisa membawa pada perbaikan atau sebaliknya, menjadi semakin buruk.
Perubahan tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga melibatkan cara mempertahankan hidup, perubahan cara berpikir, perubahan perilaku, dan perubahan dalam mencari kenikmatan duniawi.
Contoh dari penjelasan tersebut misalnya perubahan cara berpikir dan perilaku bisa mempengaruhi cara kita menjalani hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan individu untuk beradaptasi dan memanfaatkan perubahan secara positif sangat menentukan kualitas hidup.
Perubahan yang berlangsung dalam masyarakat dapat menghasilkan kondisi baru bagi manusia atau biasa disebut dengan dampak.
Beberapa dampak positif yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain: kepuasan untuk berekspresi diri, mendapatkan dukungan sosial dari orang lain, serta adanya peningkatan kesadaran dan keterbukaan hubungan bagi mereka.
Namun ini juga tidak lepas dari adanya dampak buruk yang mengikuti seperti timbulnya rasa cemas dan tidak percaya diri pasca confess, adanya perubahan dinamika hubungan diantara keduanya, adanya resiko penyesalan bagi yang ditolak, serta bisa menyebabkan stress sosial jika diketahui oleh banyak orang.
Fenomena confess di kalangan remaja saat ini menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam cara mereka mengekspresikan perasaan dan pengalaman pribadi. Confess, yang sering kali dilakukan melalui media sosial, memungkinkan remaja untuk berbagi rahasia, perasaan cinta, atau masalah pribadi secara langsung lewat dunia maya.
Hal ini menciptakan ruang bagi mereka untuk berinteraksi dan mendapatkan dukungan dari teman sebaya tanpa takut akan penilaian langsung.
Tips Sehat Confession Online
1. Pilih Platform yang Tepat
Cari platform dengan komunitas yang suportif dan memiliki moderasi yang baik untuk meminimalisir komentar negatif atau perundungan.
2. Batasi Informasi Pribadi
Jangan pernah mengungkapkan informasi pribadi yang sensitif. Jaga anonimitas identitas dan privasi diri.
3. Fokus pada Pelepasan Emosi
Gunakan platform ini sebagai sarana untuk meluapkan perasaan, bukan untuk mencari validasi eksternal berlebihan atau ketergantungan emosional.
4. Kelola Ekspektasi
Sadari bahwa respons yang diterima mungkin beragam. Jangan terlalu terpaku pada komentar atau likes sebagai ukuran nilai diri.
5. Saring Komentar dengan Bijak
Jangan biarkan komentar negatif atau toxic memengaruhi kesehatan mental. Kita tidak berkewajiban untuk menanggapi semuanya.
6. Cari Dukungan yang Tepat
Jika masalah yang dihadapi sangat berat, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau konselor. Confess online bukanlah pengganti terapi.
7. Ingat Batasan Dunia Maya
Pahami bahwa interaksi online memiliki keterbatasan. Jangan ragu mencari dukungan dan koneksi mendalam di dunia nyata.
8. Prioritaskan Kesehatan Mental
Jika merasa confess online justru menimbulkan stres atau kecemasan, pertimbangkan untuk mengurangi atau menghentikan aktivitas tersebut. Kesehatan mental diri lebih penting.
9. Berpikir Sebelum Memposting
Pertimbangkan konsekuensi dari yang dibagikan, meskipun anonim. Informasi yang tersebar di internet sulit untuk ditarik kembali.
10. Jadilah Pendengar yang Baik Juga
Berikan pula dukungan positif kepada orang lain. Empati dan kebaikan dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Confess di kalangan remaja merupakan fenomena kompleks yang mencerminkan kebutuhan untuk mengekspresikan diri dan mencari dukungan sosial, namun juga membawa risiko yang perlu diperhatikan.
Penting bagi remaja untuk mempertimbangkan dampak psikologis ini sebelum melakukan confess dan untuk memiliki dukungan emosional yang memadai dalam proses tersebut.
Sikap tenang dan selalu fokus pada aspek positif yang ditimbulkan merupakan salah satu cara untuk terus dapat mempertahankan hidup pada tataran yang semestinya demi menjaga kesehatan mental dan emosional mereka di tengah tantangan sosial yang dihadapi.
Ref: Sosiohumaniora, Feb 2025, Natasya Aprilia & Lukman Hakim
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI