Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta di Hutan Terlarang

5 September 2019   13:00 Diperbarui: 5 September 2019   21:37 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak menemukan apa yang aku cari di atas rak yang terbuat dari kayu di sebelah tungku, aku segera mencari di sudut pondok yang letaknya tidak begitu jauh dari tungku milik para pencari kayu gaharu ini. Di sudut lainnya, tidak jauh dari atas tungku, aku melihat ada gula, kopi dan juga rokok klembak menyan peninggalan para pencari kayu gaharu.

Rokok Klembak Menyan, atau dikenal juga dengan nama 'rokok siong' adalah rokok yang terbuat dari daun tembakau, akar klembak dan menyan yang dilinting atau digulung dengan kertas papier.

Rokok ini populer di kalangan petani dan buruh di sekitar pesisir selatan Jawa Tengah, yang membentang dari Cilacap, Banyumas, Purwokerto, Purbalingga, Sumpiuh, Tambak, Gombong, Karanganyar, Kebumen sampai daerah Purworejo. 

Rokok ini populer karena harga yang relatif murah dan terjangkau untuk kalangan bawah. Selain itu diyakini oleh sebagian orang dapat digunakan sebagai obat mengatasi batuk, sembelit dan sebagai wangi-wangian. 

Saat ini, kondisi penjualan rokok jenis ini sudah stagnan dan cenderung menurun, karena hanya orang-orang yang sudah tua dan sepuh yang menghisap rokok ini. Orang-orang yang lebih muda lebih suka menghisap rokok putih dan rokok kretek yang lebih populer, sedangkan rokok klembak lebih banyak digunakan sebagai rokok sesaji untuk keperluan sesaji dalam upacara pengiriman doa seperti selamatan maupun perayaan hari besar seperti sedekah bumi maupun sedekah laut di daerah pedesaan. 

Setelah melinting rokok klembak menyan peninggalan para pencari gaharu di dalam pondok kayu ini, aku segera membakar rokok yang baru selesai aku linting itu. Setelah menghisapnya dalam-dalam, aku segera menyalakan api di tungku perapian. Setelah api menyala, ketika hendak mengambil air di tempat penampungan air untuk merebus air dan membuat kopi, wanita cantik yang masih terus melihat perbuatanku ini tiba-tiba menegurku.

"Mas, nggak baik mengambil dan memakai barang-barang milik orang di dalam pondok kayu ini tanpa seizin orangnya, Mas." Katanya pelan, berusaha mengingatkanku, agar tidak sembarangan memakai barang-barang milik orang lain tanpa seizing pemiliknya.

"Iya aku tahu, tapi biasanya barang-barang seperti gula, kopi, rokok dan lainnya yang sengaja di tinggalkan oleh pemiliknya di dalam pondok di tengah-tengah hutan seperti ini, setahuku memang boleh di gunakan, terlebih oleh orang-orang yang sedang membutuhkan seperti kita ini." Kataku sambil tertawa kecil ke arahnya.

Setahuku memang sudah menjadi seperti peraturan yang tidak tertulis di antara para penjelajah dan pekerja di dalam hutan. Biasanya mereka memang sengaja tidak membawa semua bahan makanan dan peralatan yang kurang bernilai di dalam pondok-pondok yang mereka tinggalkan di dalam hutan. Sengaja mereka tinggalkan dengan pemikiran, mana tahu ada orang-orang yang tersesat di dalam hutan dan membutuhkan makanan, juga sebagai persedian seandainya mereka suatu saat akan kembali lagi ketempat ini.

"Izin ya Tuk, cucu mau meminta dan mau menumpang membuat kopi," kataku pelan, sedikit bercanda sambil tertawa melihat ke arah wanita cantik yang sepertinya masih takut-takut dengan sikap konyolku selama berada di dalam pondok kayu ini.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun