Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[AdS] Antara Aku, Kau dan Masa Lalumu

14 Mei 2019   05:02 Diperbarui: 16 Mei 2019   06:58 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutatap wajah natural wanita cantik berkulit kuning langsat di depanku ini. Tidak memakai riasan saja sudah seperti ini, apa lagi kalau dia sudah di dandani. Melihat bentuk tubuhnya yang masih terlihat begitu molek itu. Sepertinya memang dia pintar merawat diri. Pantas saja dukun itu ingin men-'cabuli'-nya, coba kalau dia ini adalah nenek-nenek yang sudah keriput semua, apa dukun itu masih mau memberi syarat pengobatnya dengan cara menyetubuhi setiap pasien yang di obati-nya?

Membayangkan seandainya memang syarat pengobatan yang di lakukan oleh dukun itu adalah harus dengan cara menyetubuhi setiap pasien yang akan di obatinya. Termasuk jika ada laki-laki dan nenek-nenek yang sudah keriput semua. Aku jadi senyum-senyum sendiri.

Melihat aku senyum-senyum sendiri setelah mendengar penjelasannya barusan. Pipi wanita cantik berkulit kuning langsat ini memerah. Mungkin dia sedang berpikir kalau aku sedang berpikir 'mesum' tentangnya.

Merasa tidak enak dengan rona wajah dan tatapan matanya barusan. Aku cepat-cepat meminta maaf, sebelum dia terlanjur salah sangka dengan senyumanku barusan.

"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu...," kataku merasa bersalah sendiri sambil menatap kedua mata wanita cantik berkacamata ini dalam-dalam.

"Enggak apa-apa, aku bisa memahaminya. Dan aku mengajak Mas ngobrol berdua malam ini, karena sudah siap dengan semua hal ter-buruknya." Katanya lagi sambil tersenyum menatapku.

"Maksudnya?" tanyaku masih kurang paham dengan kata-katanya barusan.

"Aku sudah siap jika Mas pun akan menganggap dan memperlakukan aku seperti seorang pelacur nantinya. Sama seperti suamiku sendiri dan orang-orang yang menganggap aku ini hanyalah seorang pelacur di mata mereka!"

Sambil menatap langit-langit loby hotel yang berwarna biru laut itu matanya kulihat berkaca-kaca. Aku tahu saat ini dia sedang berusaha untuk menahan tangisnya. Dan aku tahu saat ini dia merasa begitu tertekan dan dendam dengan masa lalunya.

"Bahkan saat ini tekatku sudah bulat. Aku bersedia, jika memang Mas hendak menyetubuhiku sebagai syarat pengobatan itu nantinya." Katanya lagi sambil menunduk.

Aku kaget mendengar ucapannya barusan, Kutatap wajah cantiknya yang memerah itu. Ada rasa jengah di situ. Seperti sedang berusaha menahan rasa malunya.

-Bersambung-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun