Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wanita di Penghujung Malam

11 Juli 2018   21:11 Diperbarui: 11 Desember 2018   19:49 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Delapan

Sebelumnya <<

*

Dan sebelum ujung keris berwarna hitam pekat itu menyentuh kulit dadaku, tiba-tiba terdengar suara raungan harimau betina bersamaan dengan terciumnya aroma damar wangi kayu gaharu yang tercium santar, aroma wangi kayu gaharu itu seperti mendorong keluar semua aroma busuk yang sedari tadi memenuhi isi ruangan.

“Hekk!!”

Ku dengar seperti ada suara orang tercekik, dan ketika aku melihat kedepan, kulihat di leher pria tua berpakaian serba hitam itu ada selendang berwarna merah marun yang sedang membelit dan mencekik batang lehernya. Lalu seperti ada satu kekuatan yang besar, tiba-tiba saja tubuh pria tua berpakaian serba hitam itu seperti ada yang menariknya kebelakang.

Bukk!!

Di sudut ruangan kulihat tubuh pria tua berpakaian serba hitam itu jatuh terjelentang di hadapan harimau jantan besar yang tanpa ampun lansung saja menerkam tubuhnya. Sempat terjadi pergumulan sengit, keris berwarna hitam di tangan nya itu dia coba tusukan ke harimau jantan besar yang sedang menerkamnya.

Bukannya menghindar, harimau jantan besar bermata merah saga itu langsung menangkap keris itu dengan giginya, dan sekali sentak keris itu terlepas dari genggamannya, begitu keris itu terlepas dari genggamannya terdengar seperti orang sedang memakan kerupuk dari mulut harimau jantan besar di depannya itu.

Di lihatnya harimau jantan besar itu sedang mengunyah-ngunyah keris berwarna hitam pekat miliknya, lalu langsung menelan begitu saja keris itu sampai habis masuk kedalam perutnya. Dan begitu keris hitam itu habis tertelan habis masuk ke dalam perutnya, tanpa ampun harimau jantan besar itu langsung menerkamnya. Menggigit pas di tengkuknya sambil mencabik-cabik seluruh tubuhnya. Pria tua berpakaian serba hitam itu kelojotan sebelum akhirnya diam tak bergerak.

Tubuh pria tua yang berpakaian serba hitam yang sudah diam tak bergerak itu berubah menjadi asap, lebih pekat dari asap hitam pria berwajah pucat itu tadi. Lalu asap hitam itu terbang, lalu menghilang di telan gelapnya malam.

Setelah asap hitam itu menghilang keluar lewat lubang udara, samar-samar mataku menangkap sosok seorang wanita yang telah cukup berumur namun masih menyisakan sisa-sisa kecantikan masa muda dulu. Dengan anggun dia berjalan mendekat ke arahku, sambil tersenyum manis dia mengurlurkan tangannya, sepertinya dia hendak menarik tanganku, hendak menolongku bangkit berdiri.

“Plak!!”

Tangan kanan wanita tinggi semampai yang kukira hendak menolongku tadi, mendarat dengan sempurna di pipi sebelah kiriku. Sambil meringis menahan sakit, aku menatap wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun yang kulihat tengah melotot, menatap galak ke arahku.

Aku cuma diam sambil mengusap pipi kiriku yang masih terasa panas akibat tamparan-nya barusan. Aku segera bangkit dari tempat duduk-ku lalu mendekat ke arahnya. Sebelum aku sempat membuka mulut untuk menyapanya, wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun itu sudah keburu menyemprotku;

“Dasar hidung belang! Kenapa abang nikahi wanita itu?” Katanya lagi sambil menunjuk ke arah wanita berkulit hitam manis yang masih terduduk kaku menatapku dan wanita berkerudung bergo panjang merah marun itu secara bergantian.

“Padahal dia bisa di obati tanpa abang harus menikahi nya tadi” katanya masih dengan nada suara sedikit tinggi seperti tadi.

Entah kenapa aku tersenyum girang melihat kedatangan wanita berkerudung bergo panjang merah marun ini, kutatap wajah wanita berumur yang masih menyimpan sisa-sisa kecantikan masa muda nya itu. Aku seperti sedang berusaha mengobati semua rasa rindu yang sudah sekian lama terpendam di dalam hati, sambil tersenyum aku terus menatap wajahnya yang masih begitu sewot sejak dari awal kedatangannya tadi.

Baca juga; Wanita Berkerudung Bergo Panjang Merah Marun 

Selama ini aku terus berjalan mencarinya, membelah rimba raya yang saat ini telah berganti nama menjadi pemukiman dan perkebunan, Di antara batang-batang kelapa sawit yang menjulang tinggi, di banyak kampung dan dusun-dusun yang baru singgahi. Aku terus bertanya di mana wanita berkerudung bergo panjang merah marun dan dua anaknya itu berada. Bahkan saat ini aku sudah tidak lagi memperdulikan tatapan orang-orang yang melihat aneh ke arahku.

Sekian lama aku berusaha mencarinya, tidak ada satu kabar beritapun tentang nya yang bisa ku jadikan sebagai acuan untuk mencari jalan kembali menuju kediamannya, dan saat ini tiba-tiba saja dia muncul di sini.

Sebelum dia kembali melampiaskan rasa kesal dan amarahnya kembali, segera ku tangkap dan ku peluk tubuh wanita tinggi semampai di hadapanku ini. Dia meronta, berusaha menolak, tapi akhirnya sambil menatap sinis pada wanita berkulit hitam manis yang tadi duduk disampingku itu. Dia balas memeluk erat tubuhku yang sedang membelakangi wanita berkulit hitam manis itu.

Dan tanpa janggung dia langsung saja melumat bibirku. Cukup lama kami saling berpanggutan, seolah ingin melepaskan semua kerinduan yang selama ini terpendam di hati. Setelah cukup lama, akhirnya wanita berkerudung bergo panjang merah marun itu melepaskan lumatannya ke bibirku, lalu perlahan dia melepaskan pelukannya pada tubuhku. Menatap wanita berkulit hitam manis yang masih menatap kami dengan wajah seolah masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya itu.

“Pengobatan sudah setengah jalan di lakukan, maukah engkau berjanji padaku, setelah pengobatan ini selesai dilakukan, engkau segera meminta cerai kepada pria itu?” Tanya wanita berkerudung bergo panjang merah marun kepada wanita berkulit hitam manis yang masih terduduk lemas ketakutan di depannya itu sambil menunjuk ke arahku.

Wanita berkulit hitam manis itu hanya diam, melihat ragu ke arahku. setelah kepalaku mengangguk tanda setuju, akhirnya dia mengatakan ;”Iya saya setuju.”

Setelah wanita berkulit hitam manis ini menganggukan kepalanya. Wanita berkerudung bergo panjang warna merah marun itu meminta cincin putih yang masih melingkar di jari manisnya. Sedikit ragu, wanita berkulit hitam manis itu kembali menatap ke arahku, seolah meminta persetujuan dariku. Setelah aku menganggukan kepala tanda setuju, akhir wanita berkulit hitam manis itu melepaskan cincin yang terbuat dari emas putih itu dari jari manisnya. lalu memberikannya pada wanita tinggi semampai di hadapannya itu.

Wanita berkerudung bergo panjang merah marun tersenyum menerima cincin putih pemberian wanita berkulit hitam manis di depan-nya itu, dia lalu memasukan cincin putih pemberian wanita berkulit hitam manis itu kedalam jari manisnya. Dan sesuatu yang ajaib terjadi. Tiba-tiba saja wanita berkerudung bergo panjang merah marun itu berubah menjadi seorang wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya. wajahnya begitu mirip dengan wanita berkulit sawo matang yang mengenakan kerudung bergo panjang warna merah marun tadi, hanya saja wanita ini masih muda, usianya sekitar 27 tahun.

Selanjutnya, wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu berbalik arah, menatap pria berbadan gelap, suami kedua wanita berkulit hitam manis yang baru saja menikah ghaib dengan lelaki muda di sampingnya.

“Apa engkau bersedia menikahi ulang wanita yang sudah empat tahun bersamamu ini?” Tanyanya kepada pria berbadan gelap sambil menunjuk wanita berkulit hitam manisyang masih berdiri mematung melihatku.

“Saya bersedia, jika memang itu yang terbaik untuk kami berdua.” Kata lelaki berusia empat puluh tujuh tahun itu sambil tersenyum menatap wanita berkulit hitam manis yang masih diam mematung melihat ke arahnya. Masih seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar dan sedang terjadi dihadapannya saat ini.

Jujur saja setelah tadi dirinya sempat melakukan pernikahan ghaib dengan lelaki muda di hadapan nya itu, entah kenapa saat ini dia merasa sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi terhadap pria berbadan gelap yang sudah empat tahun menjadi suaminya itu.

Entah kenapa saat ini dirinya melihat seluruh tubuh pria berbadan gelap itu begitu basah tertutup cairan minyak yang sepertinya terus-menerus keluar dari lubang pori-pori tubuh nya. Ada sedikit perasaan geli ketika ingat tadi dirinya juga sempat melihat kalau seluruh tubuhnya juga seperti lelaki berbadan gelap yang dilihatnya itu, di mana dari seluruh kulit tubuhnya juga tadi begitu basah dan licin seperti di baluri minyak kelapa.

Dan tadi setelah dirinya memakai cincin emas putih pemberian lelaki muda di hadapannya itu.  Dia seolah melihat cincin yang di kenakan dijari manisnya itu mengeluarkan cahaya putih, lalu perlahan-lahan cahaya putih yang menjalar dari cincin yang dikenakannya itu mulai membungkus seluruh tubuhnya, dan secara ajaib cahaya putih yang mulai membungkus tubuhnya tadi melunturkan semua minyak kelapa yang semula membungkus seluruh tubuhnya itu.

Setelah melihat pria berbadan gelap ini menganggukan kepala tanda setuju. wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu kembali meneruskan ucapannya:

“Pernikahan yang kalian lakukan dulu bukanlah atas dasar suka-sama suka, pernikah itu terjadi atas paksaan yang dilakukan oleh makhluk  yang berasal minyak pelet kelapa hijau yang engkau peroleh dari makam keramat Datuk belang enam di belakang hutan larangan itu. Ketika janji suci itu terucap di hari pernikan kalian, dia dalam kondisi yang tidak sadar, karena memang saat itu yang menikah dengan-mu bukanlah dirinya, tapi makhluk yang berasal dari makam keramat yang masuk dan bersemayam di dalam dirinya saat itu.

Jadi pada hakekat nya yang mengikat janji suci dan berjanji akan membina rumah tangga bersamamu itu bukanlah wanita ini. Tapi makhluk yang telah ikut bersamamu, setelah kamu dan nenek tua itu melakukan ritual di pinggir makam keramat di pinggir hutan larangan itu.” Kata wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu sambil menunjuk ke arah wanita berkulit hitam manis di sampingnya.

Wajah pria berbadan gelap itu terlihat pucat, tatapan tajam wanita cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu seperti menelanjangi masa lalunya dulu bersama nenek tua yang memiliki suami Sembilan orang dikampungnya itu.

Selanjutnya >>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun