Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wanita di Penghujung Malam

4 Juli 2018   20:32 Diperbarui: 11 Desember 2018   19:40 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah cukup lama saling diam, tenggelam dalam fikiran masing-masing. Akhirnya lelaki berbadan gelap itu membuka suara, kutatap matanya sebelum aku menatap wajah wanita berkulit hitam manis yang masih menunduk, menatap permukaan kasur Palembang yang di dudukinya saat ini.

“Erna sudah menceritakan semuanya, bahkan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dia ceritakan padaku.” Katanya lagi, suara nya sedikit serak sambil menatap pilu ke arah istrinya. Kulihat wanita berkulit hitam manis itu masih sesegukan menahan tangisnya.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

“Abang begitu mencintainya.” Katanya lirih, sambil berusaha menekan nada suaranya, berusaha menahan gejolak perasaannya sendiri. “Dan abang akan lakukan apapun itu demi kebaikan dan kebahagiaannya.”

Suaranya terhenti karena tiba-tiba wanita berkulit hitam manis itu mendatanginya, menangis sambil duduk bersimpuh di depannya. Lelaki berbadan gelap yang sudah empat tahun menjadi suaminya itu memeluknya, begitu berat rasanya, melepaskan wanita yang sudah empat tahun lamanya menjadi pendamping hidupnya ini. Tapi demi kebaikan mereka berdua, dan demi kebahagian pasangan-nya mereka memutuskan untuk menyanggupi syarat yang ku berikan malam tadi.

*****

Wanita berkulit hitam manis itu menatap lelaki muda yang duduk bersila di hadapan mereka, begitu tenang, seperti tidak terbawa oleh suasana yang terjadi di depan matanya, tersenyum datar tanpa beban dan tanpa makna. Dia adalah binatang jalang yang datang kerumah makan pas di hari pernikahan mereka, Di antara gelapnya langit yang menghitam, Di antara curahan hujan yang turun dengan lebatnya di sertai kilatan cahaya petir.  Siang itu dia datang memesan segelas kopi susu padanya yang sudah empat tahun lamanya begitu gelisah menanti kedatangan siluman yang akan menjadi kunci pembuka pagar ghaib yang membelenggunya selama ini.

Sosoknya biasa saja, perawakannya sedang, tidak kekar seperti kebanyakan anak muda yang senang berpetualang pada umumnya. Postur tubuhnya sedikit tinggi. Memakai pakaian berwarna coklat muda yang sudah terlihat kumal dimatanya. Dengan tas ransel di pundaknya siang itu dia masuk ke dalam Rumah Makannya, awalnya hanya sekedar numpang berteduh, karena hujan tak juga kunjung reda dia lalu memesan segelas kopi susu, dan dari situlah awal mula cerita ini dimulai.

Saat itu dia mendengar ada orang masuk ke dalam warung makan-nya, dia beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah, berdiri lalu dia mendatangi suara orang yang sedang berdiri di depan pintu Rumah Makannya itu. Di depan pintu Rumah Makannya itu dia melihat seorang lelaki muda yang berdiri sambil mengibas-ngibaskan rambutnya yang sedikit basah terkena air hujan, di tatapnya lelaki muda yang mengenakan setelan kemeja lengan panjang berwarna coklat muda yang sudah terlihat memudar di depannya itu. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa ada yang lain dengan dirinya, tubuhnya sesaat terasa panas dingin, dan entah kenapa tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang menetes keluar dari dalam kemaluannya. Sedikit gugup karena memikirkan apa yang barusan dia rasakan, dia segera menyuruh tamunya itu untuk segera duduk sambil menanyakan pesanannya.

Setelah tamunya itu menyebutkan pesanannya, cepat-cepat dia berlalu dari hadapan lelaki muda di depan-nya itu, tidak langsung membuat kopi susu pesanan tamunya itu di dapur. Tapi dengan sedikit gemetar dia langsung menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, keningnya berkerut melihat apa yang baru saja terjadi. Di rabanya, sedikit basah, seperti ada cairan yang baru keluar dari dalam kemaluannya. Padahal sudah lima tahun lamanya semenjak dia di tinggal mati oleh suami pertamanya dulu, selain setiap malam jumat kliwon dia tidak pernah mengalami hal aneh seperti apa yang di alaminya barusan itu.

Sambil meletakan segelas kopi susu di hadapan pria muda yang tidak dikenalnya itu, dia memandang ke tempat lain, ada sedikit rasa jengah ketika dia merasakan kalau tamu nya itu seperti sedang menatap aneh ke arahnya. Dan entah kenapa saat itu dia merasa seperti ada dorongan yang begitu kuat di dalam dirinya untuk duduk di meja yang sama dengan meja yang sedang di duduki lelaki muda itu. Dan entah kenapa saat ini dia begitu ingin menemaninya minum kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun