Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tolong, Jangan Anggap Rendah Kopi Instan!

22 Mei 2021   09:05 Diperbarui: 22 Mei 2021   09:23 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi instan di Sabtu pagi | dok. pribadi.

Murah, praktis, dan cocok dijadikan teman begadang. Sesederhana itu alasan saya memilih kopi instan saset. Dan sepertinya banyak pula orang yang punya alasan serupa. Buktinya kopi instan laris di mana-mana. Mereknya juga semakin beragam di pasaran.

Saya merasa baik-baik saja dengan kopi instan atau kopi saset. Sampai suatu hari seorang teman datang berkunjung dan melihat ada kopi instan di dalam kantung belanja saya. Rupanya itu menarik perhatiannya, "kamu, masih minum kopi instan?", tanyanya.

Tentu saja saya jawab apa adanya. Lalu ia pun menanggapinya secara agak panjang. Teman ini menyarankan saya agar berhenti meminum kopi instan karena tidak baik untuk kesehatan. Menurutnya kopi instan saset bukan kopi yang sebenarnya karena komposisinya tidak murni. Ia menyambung ceritanya soal nikmatnya kopi-kopi murni yang dihasilkan dari kebun dan disajikan di kedai-kedai kopi. Seraya menyuruh saya untuk berganti selera, ia mengatakan kalau meminum kopi murni berarti mendukung ekonomi petani dan pelaku UMKM kedai kopi.

Saya sepakat dengan yang pertama. Bahwa terlalu banyak minum kopi instan, terutama yang mengandung gula dan krimer, memang bisa mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, tidak setiap hari saya meminum kopi ini.

Akan tetapi pada hal-hal lain yang ia sebutkan saya merasa ada yang keliru. Entah ini diskriminasi terhadap kopi instan yang murah harganya atau romantisasi terhadap budaya minum kopi di kedai-kedai yang semakin populer.

Memang secangkir kopi yang diracik oleh barista di kedai-kedai kopi selalu istimewa. Namun, kopi instan atau kopi saset juga tak kalah nikmat. Haruskah ada kasta di antara keduanya?

Sepertinya kopi instan dalam saset juga menggunakan bahan baku kopi dari kebun petani. Membeli kopi instan di warung juga berarti mendukung UMKM lokal.

Jasa dan peran kopi instan juga bukan main-main. Tidakkah kita sadari bahwa kopi instan merupakan "pembangkit tenaga" para pekerja proyek pembangun jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara? Orang-orang lapangan ini bisa sangat tabah menjalankan pekerjaan beratnya karena kopi instan.

Kopi instan juga ada di pos tempat para polisi, tentara, dan petugas lainnya bekerja melakukan penyekatan pemudik selama 24 jam demi menahan lonjakan serangan Corona. Pekerja  yang harus lembur, sopir bus dan angkutan umum, pedagang pasar, pengemudi ojek dan para penggerak ekonomi lainnya pun sering memperoleh semangat harian dari meminum kopi instan.

Oleh karena itu, agak aneh jika menganggap rendah kopi instan. Sebab nyatanya ada peran yang tidak ringan disumbangkan oleh kopi instan bagi kehidupan masyarakat dan bangsa selama ini. Agak aneh pula jika menempatkan peminum kopi instan pada kasta yang lebih rendah dibanding member kedai kopi.

Mestinya kalau kita sepakat bahwa kopi itu nikmat dan meminumnya memberi efek membahagiakan, tak perlu ada diskriminasi di dalamnya. Jika terjadi, maka nikmatnya kopi hanya mitos belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun