Berdiri Biasa di Tanah yang Luar Biasa
Saya bukan siapa-siapa. Hanya seorang anak kampung yang belajar membaca kabut, mendengar suara burung, dan memahami diamnya tanah. Saya tidak datang membawa gelar atau panggung. Saya hanya berjalan dengan niat menjaga warisan cerita dari lembah yang membesarkan saya.
Ketika saya berdiri di tepi lembah itu, saya tidak sedang berpose. Saya sedang mengingat. Mengingat bahwa tanah ini punya luka, punya harapan, dan punya suara yang sering kali tidak diberi ruang. Saya menulis bukan karena saya paling tahu, tapi karena saya takut jika tak ada yang bicara.
Rambut saya panjang karena saya belum selesai berjalan. Baju saya biasa, langkah saya pelan. Tapi saya percaya, suara kecil yang jujur bisa menjadi gema jika lahir dari hati yang tulus.
Bukan tokoh, Bukan intelektual, bukan akedimisi bukan juga pemilik meja dan lainnya. Saya hanya ingin tanah saya tidak dilupakan. Jika tulisan saya bisa menjadi jembatan antara luka dan harapan, maka saya akan terus menulis. Bukan untuk dipuji, tapi untuk menjaga.
Di antara kabut dan Pelangi
SAYA ADALAH SAYA
Hun flocky
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI