Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Nyambung Mlaku", dari Motor Bekas Sampai Ban Baru

17 September 2025   10:53 Diperbarui: 17 September 2025   10:53 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kecil, aku masih ingat betul Bapak pernah bergumul soal membeli sepeda motor bekas. Alasannya sederhana, "gawe nyambung mlaku" katanya. Artinya? Supaya kalau jalan jauh nggak cuma mengandalkan kaki, karena ya jelas capek kalau harus nanjak pakai sepeda.

Hidup di kampung memang limpah keterbatasan. Angkutan umum? Susah. Sepeda? Kurang ramah di tanjakan. Motor baru? Wah, apalagi... bisa bikin dompet langsung kurus kering. Jadi, pilihan paling realistis ya motor bekas. Walau bekas, harapannya sih murah meriah tapi kualitas "wah". Kenyataannya? Sering mampir bengkel. Yah, itulah risiko beli motor "bersejarah".

Lompat ke masa kini. Aku dan istriku pun akhirnya mengikuti jejak itu: menabung receh demi bisa beli motor bekas juga. Alasannya sama: mobilitas makin tinggi, anak sudah sekolah, perlu antar-jemput, belum lagi urusan belanja dan mengantar barang. Kalau ada tambahan motor, hidup jadi sedikit lebih gampang.

Tapi jangan dikira tanpa drama. Motor itu kami beli seken plus ngutang pula. Untungnya, dengan doa, ketekunan, dan sedikit strategi ala keluarga hemat, motor itu akhirnya lunas juga. Rasanya lega---ibarat dapet upgrade dari trial version jadi full version.

Tapi, kejadian ini seperti kata Paman Ben di film Spiderman: With great power comes great responsibility. Tambah motor, berarti tambah juga tanggung jawab. Kalau dulu servis cuma satu motor, sekarang jadi dua. Alhasil, harus pintar-pintar atur jadwal. Servis motor pun jadi kayak giliran ronda---bulan ini motor A, bulan depan motor B, sambil nunggu gajian tiba, hehe...

Nah, bulan lalu giliran motor istri yang "protes". Ban belakangnya sudah mulus, mirip kulit artis yang pakai skin care tiga kali sehari. Sebagai suami siaga, aku tentu ikut waswas. Jangan sampai ban itu bocor di jalan, apalagi kalau istri lagi memboncengkan anak dan membawa barang belanjaan.

Kami cuma bisa berdoa semoga ban itu bertahan sampai gajian berikutnya. Syukurlah, begitu gajian cair, langsung bisa ganti ban tubeless baru. Harganya lumayan bikin kening berkerut, tapi demi keselamatan, ya gas terus.

Jadi begitulah, motor bekas pun tetaplah "kaki" penting yang harus dirawat. Karena meski cuma alat nyambung perjalanan, dia juga bagian dari kisah hidup keluarga cemara ini. --KRAISWAN

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun