Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Habis MBG, Terbitlah Smart TV Rp 26 Juta

17 September 2025   01:12 Diperbarui: 17 September 2025   11:30 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi siswa berangkat sekolah. (Pexels/ujangubed hidayat)

"Sakitnya jantung, dikasih obat panu"

Aku sakit perut membaca judul tulisan Tere Liye--penulis novel yang keren itu--di atas. Penulis novel terkenal "Bumi" ini memberi atensi serius pada pendidikan. Ia mengkritik habis program pemerintah, khususnya di bidang pendidikan yang isinya proyek dan cuma proyek.

***

Orang tua yang baik tidak akan memberi daging ular beracun kepada anaknya yang minta roti, bukan? Demikian juga pemerintah yang baik takkan memberi sesuatu yang tidak dibutuhkan untuk masyarakat. Sejak awal penerapannya, MBG--program andalan Prabowo-Gibran mendapat penolakan dari banyak kalangan.

Khususnya murid-murid di Papua, mereka protes lalu turun ke jalanan untuk menuntut kualitas pendidikan yang lebih baik. Tenaga pengajar, gedung sekolah, buku-buku bacaan. Itu semua lebih dibutuhkan anak-anak di daerah dibandingkan makanan gratis, katanya sih bergizi.

Di sekolahku, daerah Jawa Tengah baru sekali mendapat trial pengadaan makanan bergizi gratis. Orang tua sudah menyiapkan kotak makan, sudah diberi stiker nama murid. Kini, tak ada lagi kabarnya. Lagi pula, kebanyakan anak-anak tidak suka menunya. "Tidak ada rasanya," kata beberapa murid.

Banyak Kasus Keracunan MBG

Belum lagi tentang laporan keracunan akibat mengonsumsi menu MGB yang dialami ratusan murid, di banyak tempat, dan masih terus terjadi. (Laporan rri.co.id, beritacianjur.com, detik.com, kompas.com)

Sungguh brilian dan bermanfaat. Inilah program andalan dari Prabowo-Gibran untuk melahirkan generasi emas 2045. Tapi, kalau keracunan berulang, "emas" jenis apa yang mau dihasilkan? Nampak tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini.

“Menjadikan pangan dalam volume banyak terutama pangan dari pangan segar diolah menjadi pangan siap saji dan volume banyak itu memerlukan peralatan, memerlukan orang, memerlukan fasilitas yang memadai untuk itu,” jelas Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc. dikutip dari kompas.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun