Mbah datang "menyelamatkan" Don dari tangisan. Itu terjadi di suatu sore, saat Don tidak diizinkan main ke rumah bestie-nya, sebab hari menuju senja. Mbah tetangga meminjamkan beberapa mainan mobil. Seketika, tangisnya lenyap.
***
Mbah (Kakek-Nenek) adalah sosok "malaikat" di mata cucunya. Kalau bisa, sisa hidupnya akan diberikan untuk sang cucu--sumber kebahagiaannya. Tak peduli Mbah kandung, Mbah tetangga, atau Mbah yang sering ditemui di pasar.
Demi membuat anak bahagia--berarti tidak ada tangisan, apa pun akan diberikan. Dari permen, jajanan, mainan, sampai HP. Padahal, tidak semua item itu bermanfaat jangka panjang untuk anak. Kerugian yang justru akan dituai jika hal-itu diberikan secara masif. Fondasi yang dibangun orang tua runtuh seketika. Orang tua juga yang menanggung getahnya.
Kenapa Kakek-Nenek Lebih Sayang Cucu Dibanding Orang Tua Sendiri?
Ini pertanyaan menarik. Betul, Nenek adalah orang yang melahirkan ibu. Tapi, anak (cucunya Kakek-Nenek) dilahirkan oleh Ibu, menjadi tanggung jawab Ayah dan Ibu.
Mengutip dari beberapa sumber, berikut ini alasan Kakek-Nenek lebih sayang kepada cucu dibanding orang tuanya sendiri.
1) Beban Tanggung Jawab yang Berbeda
Saat menjadi orang tua, mereka (Kakek-Nenek) bertanggung jawab penuh atas tumbuh kembang anak. Termasuk mendisiplin, memenuhi kebutuhan, dan menyiapkan masa depan. Namun, saat menjadi Kakek-Nenek, mereka terbebas dari beban tersebut. Mereka hanya ingin menyenangkan sang cucu.
2) Menebus Rasa Bersalah
Kakek-Nenek mungkin merasa gagal dalam membesarkan anaknya. Mereka menyesal atas kesalahan itu, dan tidak ingin mengulangi kepada cucu.