Bahkan ketika teroris akhirnya mendapatkan mobil dan mengangkut para sandera ke bandara, massa mengikuti sampai ke bandara. Banyak orang bahkan bawa kursi lipat, juga berkumpul di bandara untuk menyaksikan bagaimana operasi penyelamatan ini berjalan. Bagi massa, ini seolah pertunjukan penuh aksi.
Olimpiade Munchen ketika itu berusaha menghapus citra militerisme yang pernah ditonjolkan oleh propaganda Hitler saat Olimpiade Berlin. Kehadiran petugas keamanan tidak terlalu mencolok pada Olimpiade Munchen.Â
Pimpinan delegasi Israel sebelumnya mengeluhkan absennya penjagaan bersenjata, mengingat posisi mereka yang rentan terhadap serangan.Â
Hal-hal di atas menunjukkan bagaimana lemahnya sistem keamanan dan ketidaksiapan menghadapi ancaman terorisme internasional ketika itu.
Sebelum Olimpiade Munchen 1972, negara-negara di Eropa Barat belum memiliki pasukan khusus anti teror. Tapi setelah Olimpiade berdarah ini, negara-negara di Eropa Barat mendirikan pasukan khusus anti teror.
Jerman yang tak siap menghadapi serangan di Olimpiade Munchen ini, setelah persitiwa ini akhirnya mendirikan pasukan anti terorisme, disebut GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9). Demikian pula Belanda, lalu mendirikan pasukan anti teror yang disebut BBE (Bijzondere Bijstands Eenheid).
Bisa dikatakan, Olimpiade berdarah di Munchen memicu dunia untuk membenahi dan meningkatkan sistem pertahanan keamanan dalam memerangi terorisme internasional.
Selain itu, sejak pembantaian di Olimpiade Munchen ini, isu-isu seputar Palestina menjadi sorotan utama dalam hubungan antara negara-negara Barat dan negara-negara Arab. Hal ini tetap tidak berubah hingga kini.***
(Penulis: Walentina Waluyanti)
Sumber: