Mohon tunggu...
Wahyu  Alfy Lutfihyanto
Wahyu Alfy Lutfihyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis universitas sam ratulangi manado, sedang berproses dalam membaca dan menulis sekaligus berdiskusi. Berasal dari suku mongondow dan berdiam di kota metropolitan. Email : wahyualfylutfihyanto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Persimpangan Jalan Kenangan

12 Februari 2017   16:39 Diperbarui: 12 Februari 2017   16:46 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah malam itu, dia tidak pernah lagi terlihat.

Sudah lebih dari sepuluh tahun, sudah beberapa kali hati ini disinggahi. Mencoba memupuk rasa hinga mekar tapi sayang semua pesingah itu tak mampu bercocok tanam dengan hati ini, hinga dia layu. Sudah lebih dari sepuluh tahun juga aku selalu terbayang, wajah itu! Bibirnya yang kecil, rambutnya yang lurus di potong pendek. Entah masi pendek atau sudah panjang, aku selalu menghayalkan itu sepanjang tahun.

Mengingat bagaimana dia pergi memang menyakitkan, bagaimana dia pergi tanpa menjelaskan apa-apa hanya satu kata yang keluar dari mulutnya; Aku seorang pelacur sebelum dia berbalik lalu pergi berjalan meningalkanku. Aku masih ingat setiap detik peristiwa itu, semuanya

Kadang memang aku merindukannya di sela-sela rutinitas pekerjaan ketika ingatan tentang dia terputar jelas mulai dari saat pertama melihatnya di persimpangan jalan, perkenalan pertama kita, obrolan-obrolan kita yang sangat seru sampai aku terkagum-kagum, sampai pada perpisahan yang tidak mengenakkan itu. Sekarang dia dimana akupun tak tahu, ingin rasanya mencari. Bukan untuk melanjutkan hubungan yang rumit itu, tapi sekedar menanyakan penjelasan dan berpisah baik-baik atau mungkin berteman baik.

 Gudang imaji, tempatku biasa duduk menghabiskan waktu malam setelah peulang kerja. Membaca buku, membuat pekerjaan kantor, sampai melamun sudah pernah aku lakukan di tempat ini. Pemiiknya pun sudah akrab benar denganku. Namanya Abdurahman biasa kupanggil akrab A’maman, kupangil dengan sebutan Aa’ karna dia lebih tua dariku dan juga dia sering memberikan petuah-petuah kehidupan. Mulai dari soal hubungan kita sesama manusia sampai hubungan kita dengan tuhan, berdiskusi dengan Aa’ maman memang asik sampai-sampai bisa lupa waktu.

Hari sabtu, lagi-lagi hari yang sangat membosankan tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Aku memang tipe orang yang tidak mau menundah pekerjaan, makanya pekerjaan kantor sudah kuselesaikan jauh-jauhari sebelum menumpuk dan alhasil aku tidak punya pekerjaan di hari libur seperti ini. Biasanya yang kulakukan hanya membaca dan tidur-tiduran di ranjang untung-untung ada teman yang mau mengajak kelur atau mungkin aku punya inisiatif untuk keluar sendiri.


Hah.. malam ini aku keluar sendiri, teman-teman kantor sedang sibuk membahagiakan pasangannya masing-masing. Kata orang malam minggu adalah malamnya para pasangan menghabiskan waktu berdua. Dan itu memang benar adanya, di setiap sudut taman, pusat perbelanjaan, mall-mall, dan tempat rekreasi dipenuhi orang yang sedang kasmaran. Kadang aku selalu merasa iri ketika melihat pasanagn yang sedang berjalan sambil saling mengenggam tangan, hadeh terlalu alay takut pasangannya hilang kali; gerutu dalam hati.

18:05 Wita, aku sudah duduk di meja biasa tempat aku duduk sambil melihat jalan dan kerlap-kerlip lampu kota seolah ingin menandingi bintang atau memberi kode morse pada mahluk asing di luar angkasa sana. Persimpanagn jalan itu, tempat pertama kali aku melihatnya sekarang sudah sangat jauh berbeda. Sudah ada lampu warna-wanri yang menghiasai dan beberapa pertokoan besar yang dibangun disana. Sudah tidak sesuram dan segealp dahulu.

“sedang memandangi apa kal” tanya seseorang dari belakang sampai-sampai membuatku kaget. “Oahhh Aa’maman” sambil menoleh kebelakang “kenapa kaget? Hayo apa yang sedang kau lamunkan” tanyanya dengan mata curiga ”Cuma lagi ngeliatin persimpangan jalan sana, sudah banyak berubah” tegasku “iya memang persimpangan itu sudah banyak berubah” terangnya. Beberapa menit obrolan kami hening sambil memandangi jalan itu.

“ada yang kamu pikirkan?” tannya memecah keheningan “aku cuma mencoba mengingat-ngingat kenangan” jawabku kepada Aa’ maman “kenagan apa yang hendak ingin kau ingat kembali?” tanyanya lagi. Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan hal ini kepada siapapun, aku selalu berfikir biarlah kenagan dan rasa sakit ini hanya jadi milikku. “coba ceritakan kalau memang itu pantas untuk diceritakan” sahutnya lagi yang melihat aku hanya diam “dulu aku jatuh cinta dengan seorang gadis” dengan menatap persimpangan jalan itu kembali “gadis itu pertama kali kulihat di persimpangan jalan itu” terdiam sejenak lalu melanjutkan cerita “namanya sarah” sambil membungkukkan kepala.

***

Malam minggu berikutnya aku datang lagi untuk memenuhi janji dengan aa’ maman karna obrolan kami yang belum selesai. Aku duduk di meja yang sama, menghadap lagi ke arah persimpangan jalan mengais-ngais kenagan yang sama lagi. “mau melanjutkan cerita?” tanya seorang pria sambil menyodorkan kopi. “apa yang membuatmu ingin mengingat-ngingat kembali kenangan itu?” sambungnya sembari duduk di depanku. “aku ingin terbiasa dengan kenangan itu, mencoba terbiasa lalu perlahan bosan” terangku kepada pria baik itu.

“kamu lihat toko kue baru yang ada di persimpangan jalan sana?” tannya tanpa berpendapat soal perkataanku. “iya toko kue yang berwarna terang itu” jawabku. “coba kau kesana dan pilihla kue yang enak” sarannya sambil memperlihatkan jempol tanda oke. Dalam pikiranku semakin abstrak tidak jelas kemana arah obrolan ini, kukira dia ingin mendengar ceritaku kembali yang terpotong malam lalu tapi dia malah menyarankan aku untuk memilih kue yang enak, Ini sangat membingungkan.

Entah kenapa hari itu aku penasaran dengan toko kue itu, tokoh kue yang ada di persimpanagn jalan itu, jalan kenagan itu. Hari ini rasanya ingin sekali berkunjung mencoba mengikuti saran Aa’maman untuk memilih beberapa kue yang enak. Jam istirahat makan siang kumanfaatkan untuk singah di toko kue itu, tokoh kue itu namanya Adelias cake. Tak berapa lama aku sudah melihat-lihat isi toko kue tersebut, dengan interiornya yang unik.

Ada banyak jenis kue di toko ini berjejer rapi menggugah selera makan orang yang melihatnya. “mau kue yang mana mas?” tanya perempuan cantik berpakaian merah-merah lengkap dengan celemek hitam senada dengan warna merah, kombinasi yang pas. “oh iya mba’ saya mau tanya” jawabku  memberi alasan karna memang tak tahu mau memilih kue yang mana. ”kue spesial toko ini yang mana” tanyaku. Dengan cekatan gadis menunjuk salah satu kue yang ada di balik kaca “ini mas kue paling favorit di toko ini, kue ini hanya di buat disini” terangnya seperti penjaga toko lainnya yang ingin mempromosikan barang dagangannya.

“yasudah kalu begitu saya pesan yang ini” sambil menunjuk kue tersebut. Dari aromanya memang sangant menggiurkan apalagi di padu padankan dengan kopi pasti sangat nikmat tak sabar rasanya menunggu saat jam pulang kantor tiba. Jam 17:37 Wita, aku sudah berada di belakang kemudi setir melewati kemacetan yang memang sering terjadi pada sore hari. tak sabar rasanya sampai dirumah untuk mencicipi kue yang tadi siang dibeli.

Satu jam kemudian aku sudah memarirkan mobil di garasi, perjalan ke rumah memang sangat lama akibat macet. Perut sudah minta untuk di isi, sayur asem dan ikan bakar buatan bibi sudah tersedia di atas meja makan kurang menunggu waktu untuk masuk kedalam perut lapar ini. Dan akhirnya tiba juga waktu untuk mencicipi kue, sambil mengambil posisi yang enak untuk duduk di depan TV dengan segelas kopi hangat.

Waktu yang sempurna, langsung saja kugigit sedikit demi sedikit kue yang memang terasa sangant enak itu. Enat rasanya seperti apa karna tak mampu dijelaskan dengan kata-kata, kue yang sangat nikmat sampai-sampai membuatku berhenti melamun malam ini. Biasaya setiap malam di saat tidak ada aktivitas selepas makan aku hanya duduk melamun di muka Tv. Tapi untuk malam ini semua itu tidak terjadi berkat kue, kue yang rasanya bak menghipnotis untuk bahagia saat menggigitnya. Rasanya seperti membekas di lidah atau mungkin di hati, ahh terlalu alay ungkapan itu.

***

 Setelah suapan pertama yang nikmat itu, seminggu sekali aku selalu mampir di toko kue itu sebelum singah di gudang imaji. Pesannya selalu sama, kue spesial sampai-sampai gadis bernama ayu yang sering melayaniku sudah hafal betu. Iya nama pegawai kue itu ayu gadis dengan pakaian merah celemek hitam. “mau beli kue spesial lagi?” kata ayu, sebelum aku bicara. “iya kan setiap kali aku kesini kan selalu pesan kue itu” jawabku ketus. “sudah mau setahun jadi pelanggan kenapa tidak coba kue yang lain” tegas ayu. “Cuma kue ini yang pas dilidah dan dihati” sahutku sambil tertawa kecil. “iya iya ini kue buatan spesial resepnya mba sarah owner toko ini” timpalnya kepadaku yang masi tertawa.

Sarah? Suda lama aku tidak mendengar nama itu, nama yang sangat membekas. “oh ownernya namanya sarah?” sedikit basa basi. “iya mba sarah itu cantik dan pintar bikin kue, pasti cocok sama mas haykal” sambil senyum-senyum mencurigakan dia menyambung ucapannya “nanti saya kenalin mas” tegasnya sambil masi senyum-senyum. “iyaa nanti yah” jawabku seadanya karna kupikir mana berani dia menjodoh-jodohkan bosnya sendiri apa tida takut dipecat nanti.

Seminggu berikutnya aku datang lagi untuk memesan kue yang sama dan lagi-lagi bertemu dengan ayu. “hay mas haykal mau pesan kue spesial lagi?” tannya genit. “iya ayuu” jawabku dengan nada sama. “itu lagi di taruh sama mba sarah baru habis di buat” sambil menunjuk seorang perempuan yang sedang menaruh kue di lemari kaca. Sambil membalikkan badan aku menatapnya sangat lekat, rambutnya panjang terlihat dari belakang. Tak berapa lama dia berbalik, kamipun sudah berhadap-hadapan.

Rambutnya kini sudah panjang, tapi senyuman di bibir itu masi tetap manis.

Sarah..!!! itu kau, gadis di persimpangan jalan, gadis yang meningalkanku tanpa penjelasan, gadis yang mengaku sebagai pelacur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun