Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luna dan Hujan yang Tak Kunjung Reda

4 Maret 2021   13:44 Diperbarui: 4 Maret 2021   15:36 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Foto Wahyu Sapta.

Ia mengambil beberapa air mineral. Lalu dibawanya ke meja kasir. Seorang lelaki menjaga kasir. Terlihat dari gestur tubuhnya, ia tampak tak seperti pegawai biasa. Mungkin ia adalah pemilik toko. Di sampingnya ada gadis kecil cantik berpita dua. 

Melia memandang gadis itu. Ia tersirap oleh wajah polosnya. Ia seperti mengenalnya. Tetapi entah di mana. Ada pilu dalam hatinya. Ia tidak mengerti, apa yang menjadi penyebabnya.

"Ini saja?" tanya lelaki tersebut.

"Iya." 

Melia mengeluarkan kartu debit dari dompet, kemudian diacungkan ke kasir. Kartu terdebit dan dikembalikan ke Melia. Tak sengaja mata mereka berpandangan.

"Luna?"

Sesaat hening. Masing-masing terpaku beberapa saat.

"Luna?" ulang lelaki tersebut. Melia kaget, dan segera berlalu. Langkahnya dipercepat meninggalkan toko kecil itu. Lelaki pemilik toko yang merangkap kasir mengejarnya.

"Luna! Tunggu!" teriaknya.

Langkah Melia terhenti sejenak.

"Maaf, saya bukan Luna!" katanya. Ia mempercepat kembali langkahnya menuju mobil, hingga lupa payung yang dibawanya. Hujan di luar masih deras. Bajunya basah. Tak terasa air mata Melia menetes di pipi. Tidak tampak, karena tersapu oleh hujan yang menerpanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun