Dan sejak hari dimana kau menanyakannya, aku sengaja menghilang darimu. Pergi. Di tempat mana kau tak akan bisa menemuiku. Menata hati. Bertahan agar aku tak mengutuk keputusanku semalaman. Melupakan sosok dirimu.
Hatiku berantakan. Ngilu dan bagai tersayat sembilu. Aku rasa, aku telah patah hati!
Aku memilih meninggalkan kota ini dengan segala kegundahan hati. Tanpa pesan. Untuk memulai hidup yang baru.
***
Pekerjaan yang menumpuk, perlahan mampu melupakanmu. Di tempat pekerjaan yang baru, menuntut aku untuk tak meluangkan waktu sedikitpun untuk menangisi kejadian masa lalu. Hanya ada masa sekarang. Masa dimana aku harus survive, jika tak ingin digeser oleh rekan kerja yang lain.
Aku menjadi gila kerja. Karirku menanjak dengan cepat. Segala apa yang aku inginkan bisa terwujud. Tetapi aku merasa jiwaku kosong. Jiwa seorang Jill yang penyendiri.
Bahagiaku saat berada di tempat kerja, mampu melebur segala gundah dalam hati. Tetapi saat pulang kerja, menatap kosong, dalam ruangan kamar, kesendirian yang pilu. Apalah artinya semuanya ini? Kebahagiaan yang semu?
Hidup memang harus tetap berjalan dan aku tak harus memarahi diri sendiri terus menerus sepanjang masa karena kesalahan di masa lalu.
***
Nancy sahabatku sekaligus teman satu kantor beberapa hari lalu mengajak untuk refreshing sejenak.
"Ayolah, Jill. Kau akan senang."