Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pesan Cinta dari Dalam Jiwaku

10 September 2018   21:20 Diperbarui: 11 September 2018   21:38 3136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dok. Wahyu Sapta

"Please, Jill. Jangan pergi."

Nancy datang tepat waktu. Katanya sambil meminta maaf, tadi ke toilet dan tanpa bilang meninggalkan aku. Pantas saja dari tadi kucari dirinya tak ada. Hingga ketika aku bertemu...

"Mas Bayu Pradana. Wah, kehormatan besar bisa bertemu. Saya Nancy, dan ini teman saya Jill." kata Nancy. Loh? Bukankah?

Bayu Pradana itu kamu? Iwan? Detik itu pula aku ternganga. Bingung jadinya.

"Jill, jangan bengong begitu, ah. Ada nyamuk masuk, baru tahu rasa tuh."

Aku menggamit tangan Nancy. Menjauh sedikit dari tempat ini. "Kita pulang, yuk!" Nancy memprotesnya. "Kok pulang, sih? Bukankah kau mengatakan bahwa kamu menyukai seni lukis?"

Akhirnya aku menyerah. Baiklah.

Memang sebuah takdir tak bisa dihindari. Aku berkata pada sahabatku Nancy, bahwa Bayu Pradana adalah Iwan. Kekasihku yang aku tinggalkan dulu dan berusaha melupakannya. Dan, gantian Nancy yang terbengong. "Jill? It's really?" Aku mengangguk.

***

"Jill, mengapa kau meninggalkanku dulu? Menghilang? Apakah kau tahu apa yang terjadi saat itu? Nyaris aku gila karena kepergianmu. Dan ketika aku melihatmu hari ini. Aku bagai bermimpi. Apakah kamu Jill? Benarkah kamu Jill?"

"Iwan, maafkan aku. Pada saat itu kemarahan membelengguku. Saat kau mengajakku ke rumahmu. Aku sangat terpukul, saat mengetahui bahwa kau bukan orang biasa. Aku merasa sangat minder. Karena aku bukan siapa-siapa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun