Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Mata Najwa Mengecewakan?

14 September 2025   07:40 Diperbarui: 14 September 2025   07:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Najwa Shihab dengan acara Mata Najwanya tidak bisa dilepaskan, pernah undur diri dari satu TV, kemudian pindah ke Tv lain. Sumber: Trans 7

Benarkah Mata Najwa Mengecewakan?

Oleh: Viraysmaut

Ini tulisan lama berupa draf. lagi iseng-iseng ada note dari admin bahwa saya punya draf tulisan, saya cari kolom draf di profil saya dan ketemu, diantarnya tentang Mata Najwa ini. Setelah saya baca ulang, wah menarik nih untuk diungkap, kata saya loh, ntah menurut anda, walau sudah beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih di Moskow, perantau yang " kesasar" di negerinya Putin Rusia. Sekarang saya sudah kembali ke tanah air, pas 2020 yang lalu, saat covid terjadi, dan waktu sepertinya cepat berlalu, tahu-tahu saya sudah 5 tahun jadi " Pengacara " alias "pengguran banyak acara" He he he. Ok, yuk kita lihat apa sih yang say tulis waktu itu tentang Mata Najwa.

Setelah sekian lama menghilang atau tepatnya istirahat, Mata Najwa mencul kembali di Trans 7. Acara Mata Najwa memang salah satu yang paling saya sukai untuk ditonton, karena beda waktu antara Moskow dan Jakarta ( WIB) 4 jam, maka ketika acara tersebut ditayangkan, saya tak bisa melihat langsung, pada saat bersamaan saya masih di kantor, maka dengan terpaksa nontonnya via Youtube. Asiknya nonton via Youtube, walau tidak secara langsung/ live streaming, tidak terganggu dengan iklan. Mata Najwa salah satu acara TV di Indonesia yang membuat saya tertarik untuk nonton, selain acara Kick Andya dan ILC ( Indonesia Lawyer Club) besutan Karni Ilyas. Selain yang tiga ini, saya jarang nonton TV.

Kembali ke acara Mata Najwa, yang pada awal tahun ini baru yang ketiga kalinya lewat Trans 7 ditayangkan, yang pertama," Indonesia Rumah Kita ", yang dijadikan tema yang cukup menarik, karena menggandengkan Panglima TNI yang baru dengan Kapolri, yang terlihat sangat akrab dan "membumi", tak berjarak dan tak ada sekat-sekat yang membuat mereka berdua bicara leluasa di acara Mata Najwa tersebut. Ini patut dicontoh oleh pejabat lainnya, Akrab! Dengan demikian rakyat menjadi tentram melihat Indonesia dari dua tokoh ini, keren.

Kemudian tampilan kedua di acara berikutnya Mata Najwa menampilkan tentang Pilkada, yang menyandingkan para Cagub dan Cawagub di Jawa, dengan tema " Jawa adalah kunci". Ini pun menarik untuk diamati dan dicermati, di mana Palkada untuk menjadi Gubernur, Bupati atau Wali Kota... wah! Dana untuk menjadi Gubernur saja, " minimal" 300 Milyar, bayangkan jika diambil rata-rata Pilkada untuk memilih Gubernur di 34 Provinsi, jadi 34X Rp 300.000.000.000= Rp 10.200.000.000.000. Silahkan dibaca sendiri. Belum lagi ditingkat Kabupaten atau Wali Kota.

Menurut data www. Ilmu Pengetahuan. Co sebagai berikut: "Jumlah Kabupaten dan Kota yang ada di Seluruh Indonesia Saat ini sebanyak 416 Kabupaten (Data 2015 -- 2016). jumlah Kota di Indonesia atau se Indonesia saat ini adalah sebanyak 98 Kota (Data 2015 -- 2016). Jadi total Kabupaten dan Kota yanga ada di Indonesia saat ini adalah 514 Kabupaten dan Kota." Coba iseng-iseng kita hitung, tarulah setiap Kabupaten atau Kota mengeluarkan dana untuk Pilkada Rp.50.000.000.000 ( 50 Milyar rupiah) atau seperenem dari dana Pilakada Gubernur, maka kita jumpai angka yang fantantis: 514 X Rp.50.000.000.000=25. 700.000.000.000. Bener-benar luar biasa mahalnya demokrasi!

Balik ke Mata Najwa, pada tayangan ke tiga pada bulan Januari 2018 ini, Mata Najwa mengambil tema: " 100 Hari Anis Sandi" Nah disinilah mengapa tulisan ini muncul. Karena baru pertama kali ini saya nonton Mata Najwa serasa kurang sreg, ada rasa yang " mengganjel' di hati ketika nonton Mata Najwa. Benar-benar kecewa melihatnya. Rasanya kecantikan Najwa Shihab hilang seketika, blank! Ini mungkin juga dirasakan penonton lainnya, Najwa Shihab seperti berpihak pada kelompok tertentu alias tidak netral. Sepertinya Najwa Shihab begitu bernafsu " menguliti " Gubernur Anis Baswedan, yang baru 100 hari memerintah Ibu Kota DKI Jakarta, bersama Sandiago Uno.

Dengan ketajaman dan kecerdasannya Najwa Shihab di acara Mata Najwa mencecar  narasumbernya.  Dokumen: Geotimes.id
Dengan ketajaman dan kecerdasannya Najwa Shihab di acara Mata Najwa mencecar  narasumbernya.  Dokumen: Geotimes.id

Terlihat sekali kalau Najwa Shihab kali ini lain dari biasanya. Sepertinya mau mendominasi pembicaraan, padahal Najwa Shihab yang bertanya, dan Anis yang menjawab, tapi sebelum selesai Anis Baswedan bicara, Najwa Shihab sudah memotong pembicaraan tersebut dengan " sok pinternya", sepertinya Anis di hadapan Najwa Shihab mau dikuliti habis, untungnya Anis Baswedan tenang dan tetap tersenyum, mungkin kalau Gubernur sebelumnya yang ditanya seperti itu, Najwa Shihab sudah kena semprot habis!

Bener-benar seperti ga punya etika Najwa Shihab, dia yang nanya, dia yang jawab, lalu buat apa Anis Baswedan datang memenuhi undangan? Makanya wajar, kalau ada pihak yang tak mau memenuhi undangan Najwa Shihab alias Mata Najwa. Kalau begini jadinya, wah ga enak nonton Mata Najwa. Mata Najwa yang tadinya ikut mencerdaskan bangsa, dengan pertanyaan-pertanyaannya yang bernas, kali ini jauh dari harapan. Jauh dari simpati. Mungkin kalau yang diwawancarai Mata Najwa seperti Fahri Hamzah, misalnya, sudah "dibabat habis" Mata Najwa.

Untungnya Anis Baswedan bisa menahan emosi, dan bisa tenang, dan tetap kalem, walau sedikit wajahnya agak memerah dan terlihat menahan emosinya, karena lagi panjang lebar menjelaskan, eh Najwa Shihab seperti tak butuh jawaban, dengan alasan iklan! Namun setelah iklan berlansung, penjelasan Anis Baswedan seperti menggantung atau memang dibiarkan menggantung, agar terkesan Anis " kedodoran". Oh rupanya masih ada yang masih belum move on atas kemenangan Anis-Sandi di Pailkada DKI Jakarta.

Semoga ini yang terakhir kali Najwa Shihab tidak beretika ketika memawawancari nara sumber. Bolehlah mendebat atau memotong, tapi tunggu sampai yang ditanya menjawab tuntas, sehingga apa yang ditanyakan benar-benar terjawab dengan baik, bukan dengan emosi yang meluap-meluap. Okelah Najwa Shihab pinter, sehingga sebagai pembawa acara di Mata Najwa ditunggu-tunnggu jutaan pemirsa TV.

Semoga di acara Mata Najwa selanjutnya tidak seperti tayangan " 100 Hari Anis Sandi", agar yang nonton juga enak dan pengetahuan bertambah. Tapi kalau gelagatnya seperti demikian, bisa-bisa Mata Najwa ditinggalin penontonnya atau paling tidak fansnya berkurang. Atau mungkin Najwa Shihab menjadi sombong karena pinter, cantik, pengetahuan luas. Sehingga kemanapun pergi orang mencari. Atau pindah kerja ke mananapun, akan ada yang siap menampungnya. Semoga saya salah, Najwa Shibah tidak sombong, hanya kebawa emosi, saat itu saja, di saat lain lagi, tidak terjadi. Semoga.

Jakarta, 14 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun