Mohon tunggu...
Liong Vincent Christian
Liong Vincent Christian Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://www.facebook.com/Bulirberas-by-Liong-Vincent-Christian-304840243568837

Lahir 20 Mei 1985 Suka menulis tulisan bertema sosial politik dan psikologi. Juga membuat kalimat Bergambar yang diberi label Bulirberas

Selanjutnya

Tutup

Money

Dugaan Adanya Usaha untuk Memaksa Pengusaha Membangkutkan Usahanya

21 Oktober 2020   22:52 Diperbarui: 23 Oktober 2020   01:40 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dugaan Adanya Usaha untuk Memaksa Pengusaha Lokal Membangkutkan Usahanya

Oleh: Liong Vincent Christian

19 Oktober 2020

Tulisan ini pertamakali disebarluaskan di facebook vincentcliong@gmail.com pada 19 Oktober 2020

PENDAHULUAN

Sejarah ditentukan oleh mereka yang ada di arena ("History belongs to those who are in the Arena." Quote dari Teddy Rosevelt). Untuk melihat suatu masalah secara menyeluruh sehingga bisa ditemukan solusinya, diperlukan sebanyak mungkin pendapat berdasarkan berbagai sudutpandang yang berbeda atau berlawan dari mereka  yang ada di dalam arena. 

Diharapkan dengan sudut pandang yang lengkap (banyak versi) dari tiap peran yang ada di arena dapat ditemukan suatu penyelesaian masalah yang lebih sederhana dan bersifat final menyelesaikan semua permasalahan. Tetapi yang terjadi justru perdebatan itu lebih banyak tidak berujung pada solusi, kecuali kalau yang dikedepankan adalah diskusi, bukan sudut pandang yang berlawanan.

Di beberapa waktu terakhir ini yang dipermasalahkan adalah soal UU Cipta Kerja dan Omnibuslaw. Ada suatu usaha yang teramat besar agar kepentingan yang boleh diperhatikan hanya kepentingan buruh, segalasesuatu kepentingan pihak lain yang ada di arena harus dikorbankan dan wajib menanggung resikonya. 

Karena sisi buruh sudah terlalu banyak yang pendapat, sisi pemerintah cenderung tidak mau memperkeruh masalah, dan sisi pengusaha sudah sampai pada titik putus harapan. 

Maka dalam tulisan ini saya cenderung berpihak kepada sudutpandang pengusaha lokal. Untuk sudutpandang buruh sudah ada banyak tulisan di luar sana sehingga saya tidak perlu membahasnya lagi. Pembaca tinggal membandingan satu sudutpandang dengan sudutpandang yang lain. 

KONDISI SHOCK DAN PUTUS ASA

Wabah Covid19 ini sudah berlangsung hampir setahun di Indonesia. Tidak ada satu manusiapun bahkan yang berpendidikan tinggi atau WHO sekalipun. Peristiwa semacam ini terjadi terakhir kali setidaknya lebih dari satu abad yang lalu yang disebut Spanish Flu / Flu Spanyol yang membunuh setidaknya 50 juta orang di seluruh dunia (February 1918 -- April 1920). 

Beberapa video di youtube menjelaskan bahwa cara-cara membatasi penularan Covid19 meniru cara yang digunakan dalam pengendalian Flu Spanyol. Karena wabah sejenis terjadi tepat 100 tahun lalu, tidak ada satupun manusia (yang masih hidup) yang terampil dan ahli menghadapi wabah ini. 

Semua hanya bereksperimen, mencoba suatu ide solusi, lalu direvisi seiring waktu. Bahkan tiap Negara di dunia akan mendapatkan masalah berbeda dan solusi yang berbeda. Ada suatu kondisi kaget, shock karena tidak ada sesuatu yang pasti. Shock berkepanjangan akan berakhir dengan depresi akut, ketiadaan harapan dimana tidak ada jalan untuk kembali waras.

"Keadaan shock. Bukan hanya apa yang terjadi pada kita ketika sesuatu yang buruk terjadi. Itulah yang terjadi pada kita saat kita kehilangan narasi kita. Saat kita kehilangan sejarah kita, saat kita menjadi bingung. 

Apa yang membuat kita tetap berorientasi dan waspada, dan karena terkejut, itulah sejarah kita. Jadi masa krisis, seperti saat kita berada, adalah saat yang sangat tepat untuk berpikir tentang sejarah, untuk berpikir tentang kesinambungan, untuk memikirkan tentang akar. Ini saat yang tepat untuk menempatkan diri kita dalam kisah perjuangan manusia yang lebih panjang."

(Kalimat pembuka yang diucapkan 'Naomi Klein' di film dokumenter "The Shock Doctrine"(tahun 2009), diterjemahkan dengan google translate.)

Ketika manusia dihadapkan pada suatu Shock maka maka ia bisa saja mencapai suatu keputusasaan hilangnya harapan. Atau bisa sampai titik tertentu, terpaksa demi bertahan hidup dengan berani dan nekat membuat suatu keputusan yang berat, mengabaikan apapun yang telah dia ketahui dan percayai sebelumnya yang sudah tidak valid lagi,  demi tetap waras. Demi kelangsungan hidup selanjutnya.Ini berlaku pada manusia sebagai individu atau bahkan dalam lingkup negara.

Pemerintah kita saat ini mendapatkan suatu tanggungjawab yang berat untuk menemukan solusi di tengah kondisi yang pilihannya tidak ada yang enak ini. Pemerintah kita tidak pengecut, tidak menyalahkan sana sini sebagai penyebab wabah Covid19 yang sedang berlangsung, tidak juga menyalahkan perang dagang Cina Komunis dan Amerika.

Pemerintah menyadari benar bahwa pengusaha lokal saat ini sudah sampai pada titik hampir patah harapan, putus asa, sampai pada suatu titik harus memutuskan berhenti berusaha dan tidak akan berusaha lagi ke depannya atau bagaimana entah. 

Perusahaan harus mempertaruhkan uangnya dalam ketidakpastian aturan, hukum, dan ketidakpastian kondisi politik yang diprofokasi agar terasa tidak aman. Saya tidak bahas investasi asing yang berusaha ditarik masuk ke Indonesia yang prosesnya hingga mulai usaha dan membuka lapangan kerja masih perlu dua sampai tiga tahun lagi, kita anggap saja itu masih angan-angan karena belum terjadi.

Biasanya di pertengahan bulan Desember pengusaha akan tutup buku di akhir tahun 2020. Pengusaha akan menentukan apa rencana perusahaannya di tahun depan (2021) di hari dalam bulan Desember 2020 tersebut. Sekian bulan kita melihat demo dan bahkan sempat rusuh yang selalu urusan protes buruh, seolah olah hanya buruh saja yang menjadi korban dari masalah ini, yang salah pengusaha dan pemerintah. Hari ini 19 Oktober 2020 waktu pengambilan keputusan tinggal sebentar lagi.

Gelagat sudah tampak dari Agustus 2020 sampai sekarang masih berlangsung. Coba cari produk apapun di online store misalnya Tokopedia, Shopee dlsb. Ada kecenderungan di banyak produk harganya dibuat murah sekali di bawah biaya modal produksi. 

Kalau perlu barang original ditulis barang KW lalu yang dikirim ke pembeli barang asli. Sepertinya ada barang-barang yang diimport oleh perusahaan besar misalnya dari Cina, dengan pembayaran dihutangkan oleh produsen diimport sebanyak-banyaknya lalu dijual rugi. Yang penting pegang uang cash, hutang di Cina atau Indonesia tidak peduli.

Jadi harga barang yang sama di distributor resmi yang telah sekian tahun bekerjasama dengan perusahaan menjualkan produk sering kali lebih tinggi dari harga jual retail/satuan di online store. 

Biasanya pihak perusahaan membuat banyak toko online dengan nama bebas seolah-olah itu toko biasa. Alasan ke karyawan kalau toko Online tidak ada hutang. Tentunya toko dan distributor, marah, kecewa, sakit hati merasa ditipu perusahaan. Perusahaan mungkin akan memproduksi sejumlah kecil produk yang cepat laku dengan pembelian cash, sehingga tidak ada uang cash tertahan.

Setelah kredit limit tercapai, perusahaan tersebut stop import, kalau ditanya pegawainya: "Stok habis terjual kok tidak pesan?" akan dijawab: "Nanti tahun depan." Jadi kesannya seperti apapun dijual cucigudang intinya semua harus laku berapapun harganya. 

Di perusahaan yang masih memiliki keuntungan di masa pandemi malah mulai menawarkan pensiun dini kepada karyawan yang membutuhkan uang lebih. 

Jadi karyawan seperti si PKH, terima sejumlah uang pesangon berdasarkan kesepakatan keduabelah pihak, lalu masuk kembali sebagai buruh kontrak.  Ada suatu kesan perusahaan-perusahaan tersebut bersiap-siap, jika sampai kondisi memaksa menutup perusahaan, sebusa mungkin prosesnya jangan terlalu rumit.

Kelihatannya rencana akan tutup atau dibangkrutkan tiba-tiba, dan tidak akan ada rencana buka usaha lagi ke depannya, jika di akhir tahun (Desember 2020) ini belum ada sesuatu yang memberikan rasa aman dalam berusaha ke depannya. 

Mungkin hutang tidak perlu dibayar dinyatakan bangkrut saja, pesangon entahlah khan bisa cari alasan dikaitkan dengan bencana wabah Covid19. Perusahaan juga penuh kahwatir kalau Covid19 berakhir akan susah pecat dan bayar pesangon nya. 

Uang cash yang sudah dikumpulkan pada eks pengusaha bisa ditabung tanpa bunga untuk hidup cukup di hari tua. Mereka sudah kehilangan rasa percaya, padahal logikanya kalau Covid19 berakhir maka lambat laun semuanya akan kembali ke kondisi sedia kala.

HARUS ADA SOLUSI CEPAT ATAU HARAPAN CEPAT

Usaha membuat Undang-Undang mencakum banyak pasal, terasa kilat dan cenderung seperti dipaksakan, mungkin ini sekedar untuk menahan agar pengusaha lokal tidak membangkutkan usahanya. 

Perusahaan padat karya yang ada di Indonesia kebanyakan perusahaan lama (tidak ada perusahaan baru) yang terlanjur sudah besar dan ada rasa sayang kalau harus ditutup.

Sehingga tetap dipertahankan, terapi Covid19 membuat mereka sudah sampai pada titik putus asa, tidak tahu kapan Covid19 berakhir dan seberapa lama hingga keadaan kembali seperti sedia kala, berapa banyak kerugian atau penambahan hutang yang harus terjadi sambil menunggu semua kembali normal. 

Mengapa Draft RUU nya tidak disebarluaskan, karena akan banyak draft RUU yang direfisi lagi dan direfisi lagi. Nanti yang di-demo revisi versi yang mana, situasi ini juga akan dimanfaatkan oleh pembuat hoax dan pengacau. Mungkin yang membuat undang-undang juga belum tahu solusi pastinya, masih coba-coba dan koreksi lagi koreksi lagi. Melawan RUU yang masih belum pasti dan terus direvisi ya sama saja melakukan protes atas dasar hoax, jadi pantas lah ditangkap Polisi sebagai penyebar hoax.

Lebih baik biarkan peraturan dibuat pemerintah, dijalankan benar atau salah hanya satu versi RUU Asli yang ada di lapangan, jika ada yang dirasa tidak cocok diprotes dengan alasan yang jelas, kemudian oleh pemerintah direvisi. 

Jadi demonstrasinya tidak bisa dituduh sebagai demonstrasi atas dasar RUU Hoax. Tentu pemerintah ada prosedurnya, kita sebagai awam tidak perlu sok tahu. Toh keadaan masih kacau karena wabah Covid19 yang mungkin berakhir paling cepat Desember 2021. Semua yang mendapat mandat memiliki wilayah tugas dan kewajiban masing-masing.

Hentikan juga pembahasan sok tahu soal perang dagang Cina Komunis dan Amerika, Oligarki, dlsb yang sifatnya asumsi dan asumsi, memangnya kita rakyat awam tahu apa. 

Kalau ada yang mau dilawan, misalnya usaha investor asing untuk membangun pabrik di Indonesia masih perlu dua sampai tiga tahun lagi baru bisa mulai kerja. Kalau terlanjur jadi pabriknya tidak mungkin dipreteli lalu diangkut ke Cina asetnya, pasti lebih lunak. Saat itu seharusnya sudah ditemukan RUU yang telah direvisi dengan banyak Kepres berkali-kali yang akhirnya menjadi cukup matang dan bisa diterima banyak orang.

Bangunlah suatu pengharapan (asli maupun palsu) untuk mensejahterakan hati para pengusaha lokal dan calon investor supaya "Merasa" punya kepastian usaha. Bantu pemerintah dengan membiarkan pemerintah sebagai pihak yang mengelola bekerja. Membangun kesan rasa aman agar pengusaha bersedia mempertaruhkan uangnya di meja judi "perusahaan".

Mayoritas masyarakat itu malas berpolitik, intinya bekerja untuk cari nafkah melanjutkan hidup. Yang rajin demo, protes, bikin isu pasti kurang dari 0.001% populasi warga Negara Indonesia. 

Negara melakukan Pemilu dan Pilkada agar seluruh Warga Negara Indonesia dapat memilih wakilnya untuk kerepotan berpolitik. Mereka pilihan rakyat bukan berarti orang paling pintar, ahli dan maha tahu. Wakil rakyat bukan siapa yang karena teriak lantang menjadi mewakili masyarakat, itu namanya preman.

Bayangkan kalau "Usaha untuk Memaksa Pengusaha Lokal Membangkutkan Usahanya" ini berhasil maka sudah tidak punya uang, mau beli barang yang tadinya produksi lokal, terpaksa import.

Mari bangun kesan yang baik tentang masa

depan usaha di negara ini...

Baca juga:

https://www.kompasiana.com/vincentcliong/5f90240f8ede4865440c1492/sudut-pandang-bos-pemilik-pabrik-tentang-permasalahan-buruh-dan-produksi

https://www.kompasiana.com/vincentcliong/5f90189d8ede486a390f3e93/logika-tanah-sorga-dan-tanah-tandus-alam-bawah-sadar-buruh-dan-pemilik-pabrik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun