Sudut Pandang Bos Pemilik Pabrik Tentang Permasalahan Buruh dan Produksi
Oleh: Liong Vincent Christian
Jakarta, 11 Oktober 2020
[Tulisan ini pertama kali disebarluaskan di facebook vincentcliong@gmail.com https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10158122988388052&id=721668051 ]
Tulisan ini memberikan gambaran tentang suatu jenis pemilik pabrik yang memulai usahanya dari nol generasi pertama pemilik perusahaan, penjelasan ini bisa saja tidak cocok bila dibandingkan dengan pemilik perusahaan generasi ke dua atau ke tiga yang sudah kaya sejak kecil. Pertimbangannya jenis pemilik perusahaan ini yang saya ceritakan, karena industri padat karya yang ada sekarang ini kebanyakan perusahaan lama yang sudah berjalan lebih dari satu generasi. Hampir tidak terdengar ada industri padat karya baru selain melanjutkan yang sudah ada, terlanjur sayang jika ditutup atau kahwatir keluar terlalu banyak uang jika tutup dan harus bayar uang pesangon karyawannya. Harapan saya ini bisa menjadi suatu pencerahan bagi pembaca yang tidak pernah diskusi mendalam dengan seorang pemilik pabrik generasi pertama, atau yang ke depannya pasca UU Cipta Kerja dan Omnibuslaw ini berniat membuka UMKM untuk menjadi pertimbangan.
++++++++++
Aku suka mengajak ngobrol, melakukan interview pada orang-orang yang berpengalaman memiliki pabrik. Bagaimana pertimbangan pertimbangan yang dilalukan dalam mengelola pabrik dan masih bisa memperoleh keuntungan.
Bagi perusahaan yang milik sendiri dibangun dari kecil, biasanya tanggung jawab untuk mengatur semua itu sebisa mungkin dipegang oleh satu orang. Satu kapal mustahil dikendarai oleh dua nahkoda. Orang itu mulai memilikirkan  dari mulai memilih produk, mengatur produksi, penjualan sampai service center. Ini adalah pengamatan terus menerus yang melelahkan. Jika tidak teliti resiko ditanggung langsung oleh pemilik pabrik sendiri, tidak bisa sekedar pindah kerja seperti buruh. Mengepalai suatu pabrik itu terasa seperti seorang yang sedang duduk di meja judi.
Ada beberapa keluhan yang berulangkali saya dengar tentang buruh dalam kegiatan produksi yang perlu dipertimbangkan sejak awal memulai usaha dan terus dijadikan pertimbangan selama pabrik masih beraktifitas. Permasalahan ini semakin memuncak akhir ini dengan adanya kesadaran untuk berorganisasi dan kemauan memahami peraturan perburuhan, sehingga para buruh yang membuat buruh lebih berani menuntut  hak-hak nya, semakin mengerti peraturan maka semakin bisa memaksimalkan dalam memperoleh hak-hak nya tanpa mempedulikan kewajiban kepada pihak perusahaan. Di masa dahulu saat pendiri pabrik padat karya membuka pertama kali membuka usahanya buruh tidak terlalu menuntut hak-haknya.Â
Permasalahan yang sering dikeluhkan pemilik pabrik diantaranya:
1. Biasanya di jam kerja suka ada beberapa oknum buruh yang anggota organisasi buruh bisa jalan-jajan duduk duduk warung depan pabrik, di waktu yang sama teman sesama buruh sedang kerja, ada bos pemilik pabrik melihat pun tidak ada rasa bersalah. Kalau sudah terkait dengan organisasi buruh maka tidak tersentuh samasekali. Bos cenderung lebih memilih cuek daripada buruh lain nanti diprofokasi.