Mohon tunggu...
VIKTORINUS REMA GARE
VIKTORINUS REMA GARE Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya,jujur,bertanggung jawab dan pekerja keras
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pejuang Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menepis Badai (Selesai)

14 Maret 2021   00:34 Diperbarui: 14 Maret 2021   00:51 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Air Mata Ibu (Sumber:tenor.com)

Perusahaan  yang kurang lebih tiga tahun, telah  banyak berjasa dalam setiap jengkal kisah perjuanganku.

 Aku resign dari perusahaan yang sudah memberikan andil  untuk terwujudnya asaku.

Satu persatu pegawai aku salami. Sedih rasanya berpisah dengan orang-orang yang berhati putih yang selama ini sudah ku anggap keluarga sendiri.

Teringat kembali kata-kata bapak Rahmatullah,SE  kepala personalia ketika  aku memulai bekerja di perusahaan ini.

"Ingat, tujuan kamu jauh-jauh dari Flores ke Makassar untuk kuliah"." Jangan sampai kamu meninggalkan kuliah karena kerja"."Jangan mengecewakan orang tuamu ". "Kamu harus bisa membagi waktu antara kuliah dan kerja supaya salah satunya tidak dikorbankan". 

Kalimat  itu selalu terngiang dalam ingatan. Sebait kalimat motivasi yang  tak akan lekang di hati, sampai kapanpun tidak akan pernah sekatapun  terurai.

***

Aku kembali ke kampung . Membawakan sesuatu yang menjadi harapan ibu dan almarhum bapak.  

Harapan mereka  terpenuhi. Citaku tercapai.

Mengenang kembali nasehat  ibu. Kata-kata sederhana, melebihi rajutan kalimat indah seorang pujangga.

"Nak, kalau kamu merantau  mencari kerja, pergi kamu punya badan, pulang kamu punya badan, ibu dan bapakmu tidak bangga". "Kalau  kamu pergi merantau untuk sekolah, pergi kamu punya badan, kembali membawa ijazah, ibu dan bapakmu bangga".

Kebanggan ibu sungguh terlihat.  Bagaimana bahagiaanya ibu. Bahagia itu terlukis indah di wajahnya yang sudah mulai berkeriput. Guratan wajah yang sudah mulai menua tidak memudarkan rasa bahagianya yang terpancar. Ketika aku kembali dengan cerita yang  memang sudah sangat dinantikan bahwa aku sudah menyelesaikan kuliah.  Ijazah  dan foto wisuda, akhir dari  perjuangan  antara ada dan tiada sebagai kado terindah yang  kupersembahkan untuknya. 

Kado dari do'a nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun