Mohon tunggu...
rifai mukin
rifai mukin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengawas Sekolah

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadhan yang Empat (Selesai)

14 Maret 2024   09:29 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:43 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bersambung

Setiap washolcant, berpegang teguhlah pada empat hal ini, dengan berkeyakinan bahwa empat hal ini, sesungguhnya bagi ana, adalah modal utama menyelematkan dirimu dan keluargamu yang menjadi tanggungjawabmu. Ke empat hal itu adalah perkara IMAN. Dengan Iman seseorang dapat keselamatan dunia dan akhrat. Sebagaimana ana telah sampaikan pada tulisan sebelumnya bahwa iman seseorang itu kadang naik dan kadang surut. Naik dan turunya iman berpulang pada situasi atau keadaan tertentu yang ana ilustrasikan sebagai angin.

Ayo, kita lanjutkan pembahasan ini:

Pertama Ilmu: Omong-omong soal ilmu, Al-Qur'an didalamnya begitu banyak ayat Allah yang membicarakan soal Ilmu.  Sependek pengetahuan ana dikisaran 13 ayat dalam Al-Qur'an yang membicarakan ilmu. Jauh sebelum seseorang mendapatkan ilmu, Allah SWT telah mewanti-wanti kepada orang-orang pilihan, baca (orang-orang beriman). Ilmu hanya boleh diperoleh dengan cara "Iqra" yang ana mengejawantakan sebagai perintah agar setiap kita punya ilmu dengan jalan "Iqra". Dalam bahasa pedagoginya Taksonomi (Afektif, Cognitif dan psikomotoris).

Pada kesempatan ini ana tidak ingin membahas yang lebih jauh dan merembes kemana-mana, kita kembali pada pokok persoalan yaitu washolcant yang berilmu. Bagi ana, seorang washolcant itu harus memiliki ilmu, karena ia akan melewati zamannya bersama pasangan hidupnya. Ia akan pergi meninggalkan keluarganya dan orang-orang yang selama ini mencintainya.

Menuntut ilmu bagi seorang wanita itu wajib loh dalam Islam, karena dengan ilmunya, ia akan lebih siap menjadi seorang pujangga dalam rumah tangganya. Dengan ilmunya, ia mendidik, mengajar, melatih generasi yang lahir dari rahimnya.  Bukankah isteri Rasulullah, Siti Aisyah, adalah wanita yang paling terpelajar di zamannya, bahkan hingga saat ini? Apa yang dapat kita ketahui dari mendengarkan berbagai hadits?

Al-Qur'an menjelaskan bahwa siapa saja, tua atau muda, laki atau perempuan akan mendapat posisi yang tingggi, derajatnya sebanding dengan orang-orang beriman bahkan lebih tinggi beberapa derajat, QS. Al-Mujadalah: 11. Dengan ilmu seorang washolcant dapat menata rumah tangganya. Dari rumah tangga yang manajernya seorang washolcnat, Insya Allah bangsa, negara, dan agama akan Berjaya di negeri kolam susu

Kedua Mauidhah: Sependek pengetahuan ana bahwa kata mauidhah berasal dari kata "wa'adza, ya'idzu, wa'dzan, dan 'idzatan", yang berarti nasihat, arahan, pelajaran, dan peringatan. Sering kita dengar kata mauidhah hasanah dalam berbagai kesempatan dan berbagai referensi literasi. Seorang washolcnat yang ideal dalam bahtera rumah tangga menurut ana adalah seorang ibu yang tidak hanya melahirkan, menyapih, merawatnya hingga dewasa. Akan tetapi ada hal paling penting yaitu mauidhah hasanah. Washolcant seorang berpengetahuan, berilmu dan dengannya ia dapat mendidik, mengajar dan melatih anak-anaknya menjadi penerus risalah Nabi Muhammad saw, pembela agamanya, bangsanya dan negaranya dari penjajah.

Lihatlah para pahlawan negeri berawan ini (Indonesia), mereka adalah anak-anak tanah yang lahir dan dibesarkan dari tangan-tangan perkasa para washolcant yang punya keteguhan hati. Tengoklah sebentar kebelakang bagaimana para alim ulama yang ikut andil memerdekan tanah nusantara, mereka semua adalah lahir dari washolcant-washolcant yang istiqomah dengan keyakinannya.

Bahkan sederet-deret nama washolcant dalam bingkai-bingkai pahlawan negeri Bhinneka Tunggak Ika. Keumalahayati, Cut Nyak Meutia, Cut Nyak Dien, Andi Depu Maraddia Balanipa, dan Raden Dewi Sartika serta masih banyak lainnya yang tidak ana selipkan di sini.

Ketiga Amanah: Semua kisah-kisah tersebut begitu terasa awet, sehingga hari ini kita dapat menikmati segala jerih paya mereka. Cobalah dibayangkan, bagaimana kalau mereka tidak pernah terlahirkan, kalaupun mereka terlahirkan tetapi tidak punya kepedulian, kira-kira, apakah ada Republik Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun