Pekat kembali menyeduh rayu
Hirup aroma kopi air mata
Tersingkap kepulan lara disana
Yang berdetak seirama waktu tak tentu
Sesaat ku hirup sekali lagi
Tapi terlanjur,Â
Atma ku mendekap harap
Terkecam oleh bias kecewa
Bayu berbaik hati belai lembut luka ku
Angkasa bentangkan teduh pada jiwa yang mulai kan runtuh
Tahu kah, canda mu tlah meraup habis detak yang kuseduh
Candu ku ikut pula meregas sisa-sisa nafas milikku
Aku tercekat,
Lalu sekarat!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!