Kompasiana sebagai wahana bercanda antar kompasianer
Sajadah di Padang Rumput Cinta menghadirkan kisah dua insan yang menemukan makna ibadah, cinta, dan tawa sederhana di hamparan rerumputan basah. Denga
setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya
Pak Romanus menyadarkanku akan pentingnya kembali ke akar, meski hanya sejenak, untuk mengingat dari mana kita tumbuh.
Saat semua orang tertawa, ada yang diam-diam menyimpan luka. Masihkah kita menyebutnya canda?
Dapur kecil ini mengajarkanku bahwa pelayanan bukan hanya apa yang dapat dilihat manusia tetapi apa yang kita lakukan di saat belakang layar
Sebuah kisah tentang perpustakaan yang lebih dari sekadar buku, tempat tawa dan ilmu berpadu, membentuk generasi cerdas dan ekspresif.
Hari Rabu yang sibuk di perpustakaan, tumpukan buku, komentar jenaka, dan semangat literasi yang tumbuh di antara rak dan senyum para pustakawan
Dan saat angin sore bertiup pelan, membawa wangi rumput dan suara tawa yang belum juga padam, satu hal menjadi pasti: PMR bukan hanya tentang simulas.
Yang Terlihat Serius Ternyata Hanya Berupa Canda
Biarlah kita menjadi kawan. Ingat, janjiku dan setiaku, bukan candaan!
Candaan bisa menjadi malapetaka dalam sebuah perkawinan yang adem ayem. Hati-hati bercanda. Beda lagi kalau benar adanya.
Menceritakan tentang canda bersama teman
Puisi ini menceritakan seorang yang telah melukai hati penjual es teh keliling karena dengan kalimat yang berniat canda namun menyakiti rasa
Mulutmu adalah harimau mu, kata peribahasa. Namun, kalau cuman bercanda mungkin bisa jadi "mulutmu adalah kucingmu".
Tips melakukan Self-Defeating Humor dalam atasi hinaan
Para Elit politik harus mengurangi bercanda dalam komunikasi politik
Di tanah ini ku menemukan kebahagiaan yang hilang dari muka bumi
Kenali pesona Bang Amin! Dari candaan segar hingga wawasan luas, sosok Gemini ini selalu memikat hati semua orang.