Bagian Kelima
Oleh: Widodo, S.Pd.
13. Setia dalam Perkara Kecil
Suatu siang yang tak terduga, aku bertemu kembali dengan Pak Barjo. Sudah hampir sepuluh tahun sejak terakhir kali kami saling berkabar. Waktu membawa kami pada kesibukan masing-masing, dan benang persahabatan yang pernah erat pun nyaris terurai, seolah tertimbun debu waktu.
Pertemuan itu tak direncanakan. Aku sedang duduk di sebuah kedai kopi kecil di pojok kota, sekadar mengisi waktu luang sambil membaca berita dari ponsel, ketika sosoknya masuk dan menatapku dengan mata yang tak asing.
"Pak Barjo?" sapaku ragu.
Ia menatapku sejenak, lalu tersenyum lebar. "Ah, Wid! Lama tak jumpa!"
Kami duduk, saling bertukar kabar, dan dalam sekejap kenangan lama meluap. Di antara cangkir kopi dan tawa kecil, kisah lama pun kembali dihidupkan: kisah kami tentang sebuah album lagu rohani Katolik, "Setia dalam Perkara Kecil."
Kala itu, dengan semangat yang nyala, kami mengumpulkan lirik, mengatur melodi, merekam suara, dan membayar studio. Kami mengira, karya kami akan diterima. Kami membayangkan lagu-lagu itu akan menyentuh hati banyak orang, menemani doa, dan menguatkan iman.
Namun kenyataannya tak seperti yang kami harapkan.