Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Syukur yang Sering Dilupakan

11 Juli 2025   16:09 Diperbarui: 11 Juli 2025   16:09 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersyukur sumber bahagia / sumber: dinasperpustakaankepri

Langit abu-abu siang itu seperti menggambarkan isi kepala Rafa. Murung. Gelisah. Ia duduk sendirian di bangku taman sekolah, tas masih di punggung, namun niat pulang seperti hilang entah ke mana.

Pak Amar, guru PPKn yang terkenal ramah tapi tegas, sedang berjalan ke arah ruang guru ketika melihatnya. Ia berbelok dan menghampiri Rafa.

"Rafa? Tumben belum pulang?"

Rafa menoleh pelan. "Lagi pengin sendiri aja, Pak."

"Kalau sendiri tapi tetap ditemenin, boleh?"

Rafa mengangguk lalu menggeser duduknya, memberi ruang pada Pak Amar. Pak Amar pun duduk di sebelahnya. Angin berhembus, dedaunan jatuh pelan ke tanah, menambah suasana hening yang ganjil.

"Kayaknya ada yang membuatmu malas pulang?" Pak Amar langsung memancing.

"Bapak bisa jaga rahasia, gak?" tanya Rafa.

"Insya Allah," jawab Pak Amar dengan nada meyakinkan.

Rafa menghela napas panjang. "Aku tuh... ngerasa capek, Pak. Belajar udah mati-matian, tapi nilai tetap jelek. Di rumah juga... apa-apa salah. Dibilang kurang bantu, kurang peka. Temen makin hari kayaknya makin menjauh. Aku ngerasa... gagal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun