Langit abu-abu siang itu seperti menggambarkan isi kepala Rafa. Murung. Gelisah. Ia duduk sendirian di bangku taman sekolah, tas masih di punggung, namun niat pulang seperti hilang entah ke mana.
Pak Amar, guru PPKn yang terkenal ramah tapi tegas, sedang berjalan ke arah ruang guru ketika melihatnya. Ia berbelok dan menghampiri Rafa.
"Rafa? Tumben belum pulang?"
Rafa menoleh pelan. "Lagi pengin sendiri aja, Pak."
"Kalau sendiri tapi tetap ditemenin, boleh?"
Rafa mengangguk lalu menggeser duduknya, memberi ruang pada Pak Amar. Pak Amar pun duduk di sebelahnya. Angin berhembus, dedaunan jatuh pelan ke tanah, menambah suasana hening yang ganjil.
"Kayaknya ada yang membuatmu malas pulang?" Pak Amar langsung memancing.
"Bapak bisa jaga rahasia, gak?" tanya Rafa.
"Insya Allah," jawab Pak Amar dengan nada meyakinkan.
Rafa menghela napas panjang. "Aku tuh... ngerasa capek, Pak. Belajar udah mati-matian, tapi nilai tetap jelek. Di rumah juga... apa-apa salah. Dibilang kurang bantu, kurang peka. Temen makin hari kayaknya makin menjauh. Aku ngerasa... gagal."