Kamis, 26 Januari 2023
Karena sedang melaksanakan puasa sunah hari Kamis, setelah salat Zuhur berjamaah, Andi tidak segera keluar masjid. Dia bermaksud menanyakan sesuatu kepada Ustad Halim, yang mengimami salat.
"Apa yang kamu tanyakan itu sulit untuk dijawab, Andi. Bagaimanapun kita tidak bisa menilai seseorang, apakah setelah kematiannya dia berada di tempat yang terbaik atau sebaliknya. Apalagi Yovan itu agamanya bukan Islam, kita tidak bisa menilai dengan ajaran Islam." Ustad Halim menjelaskan setelah mengajukan pertanyaan.
"Tapi ... saya merasa Allah tidak adil. Mengapa tidak menunggu sehari lagi saja, saat Yovan sudah masuk Islam, kalau memang Yovan mau dicabut nyawanya?"
"Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Allah itu Maha Berkehendak, Allah itu Maha Tahu, Andi. Semua yang terjadi, Dia yang mengatur."
"Bukankah lebih baik, kalau Yovan meninggal dalam keadaan Muslim?" tanya Andi. Rupanya dia masih merasa penasaran.
Ustad Halim tidak menjawab. Dia hanya tersenyum. Kemudian dia berdiri dan beranjak menuju rak buku yang ada di samping kanan masjid. Setelah mengambil sebuah kitab, dia Kembali duduk di depan Andi.
"Kalau boleh diibaratkan. Kematian Yovan ini mengingatkan Bapak pada kisah seorang pembunuh yang ingin bertobat."
"Maksud Pak Ustad?"
"Dahulu kala ada seorang pembunuh yang telah menghabisi nyawa 100 orang, kemudian dia bertobat. Tetapi dia keburu meninggal. Supaya jelas, kamu baca sendiri kisahnya. Kisahnya ada di kitab ini." Setelah membuka sebuah halaman, Ustad Halim menyerahkan kitab yang ternyata kitab terjemahan hadis Bukari Muslim.