Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: 3 Dosa

1 April 2022   09:31 Diperbarui: 4 April 2022   14:37 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gempaaaaaaa!"

"Larriiiiiiiiii!"

Suasana penambangan heboh. Para penambang panik, dan berhamburan, berdesakan, berlomba keluar terowongan supaya tidak terkubur. Tak peduli ada yang jatuh lalu terinjak-injak. Hanya satu dalam benak mereka, keluar secepatnya.

Nahas bagi Samin dan kelompoknya. Mereka terkurung. Papan dan tiang kayu penyangga atap terowongan runtuh. Batu-batu pun berjatuhan menutupi jalan keluar

"Asu! Gempa sialan," Kusno membanting belencong seolah membuang kekesalan di dalam hati.

"Jangan panik," Samin menenangkan. "Kita tunggu tim penolong."

"Kita harus berusaha. Gus, Aksan, bantu aku menggeser batu-batu itu," Kusno melangkah menuju tumpukan batu, diikuti Agus dan Aksan.

"Jangan!" Tomiran berteriak. Terlambat.

Alih-alih berhasil menyingkirkan reruntuk yang menutup jalan ke luar, mereka malah tertimpa bebatuan yang berjatuhan. Nahas, Agus dan Aksan tidak sempat menghindar, beberapa batu sebesar kepala menimpa mereka. Mereka tidak tertolong. Sementara Kusno mengalami patah tulang. Dadang berlari menarik Kusno.

"Sebaiknya kita pindah. Papan dan kayu penyangga atap di sini sudah rapuh. Tidak akan kuat kalau terjadi gempa lagi." Tomiran menengadah, memeriksa atap terowongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun