Mak Yati nggoreng sukun Kari limo diwadahi karung Urip tetanggan kudu sing rukun Sopo ngerti bakale tinulung
Komunitas PenA Kompasianers Opinian mewadahi para pembaca dan calon penulis yang berminat memajukan dunia literasi Indonesia dalam bidang fiksi/non.
Marhaban ya ramadan. Akhirnya ramadan-Mu kembali bertaut pada sang perindu. Menebar rahmat pada setiap sudut laku.
Perihal mengampuni tidaklah sekadar lisan. Ada hati yang harus dirawat sebab luka retaknya.
Tahan diri, mulut, jari. Jangan hanya bilang selalu dapat dan sudah pernah. Bisakah kau lakukan?
Kamu pengen baca, atau tidak mau baca, tapi kan nanti penasaran, makanya klik, jangan hanya diam melirik, puisi ini penuh intrik.
Seruan alam menyapa dingin yang gigil. Bersambut kumandang azan di penjuru jumantara.
Mak, aku mau jadi artis Biar kaya, banyak harta Kelakuan minus tak apa Tinggal sewa pengacara untuk ngomong depan kamera
Si Kepo ibarat Laler Ijo, hinggap sana sini tanpa tujuan pasti.
Kini pekerja elit makin melilit. Minyak wangi habis dikira pelit
Temaram semakin digulung hitam. Rona yang gelap untuk sebuah harapan. Namun ketabahan lubuk mampu mengempaskan sebongkah ragu.
Secadas apa dirimu saat ini hanyalah seonggok karang. Serupa anak manusia yang bersimpuh dalam penyesalan.
Ajakan Leon sekali lagi demi mendekati Rani, gurunya sendiri, wanita yang ia suka. Akankah Rani menerimanya?
Hujan mulai menyapa hangatnya kemarau. Lisan setia merapalkan doa di selasar pengharapan.
Rumahmu bukan di antara bukit-bukit merah. Sebab hatimu telah tertanam di sini bersama palung kasih
Campur-campur memang enak, kecuali yang satu itu, apatu apatu?
semacam penjara dikelilingi pagar berduri getar yang menyesak ketiak saat lewat karenanya
Setelah punya segala aku ada saingannya jadi ingin mati saja. Tapi bagaimana caranya?
Kalau tak kenal Ya kenalan Baru tercipta keakraban Syukur bisa sayang-sayangan
aku berharap aku pensiun tanpa harus tinggal di panti werdha, akan berkeliling pedesaan atau menggunakan OS Android terbaru di wilayah tertinggal