Mohon tunggu...
Urip Hidayat
Urip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis pemula, dan pemikir

Mengajar bahasa Inggris di SDN CIPINANG 05 , pengelola kursus percakapan bahasa Inggris Hi-5, anggota KKG guru bahasa Inggris SD Prov. DKI Jakarta, EFT+ PGRI, Guru Ahli, World Peace Organization

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

#2 Berkah Cinta Guru Honorer

8 Mei 2022   09:50 Diperbarui: 8 Mei 2022   09:57 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Alhamdulillah. Baik terima kasih Bu.” kata ku dengan penuh rasa syukur dan bahagia.  

Fathya Faiza Hidayati yang berarti air mengalir yang membawa kemenangan dan petunjuk. Itulah nama yang kami berikan untuk putri sulung kami dengan harapan nanti kelak jika sudah dewasa dia akan menjadi seorang yang pandai bergaul dan tidak sombong seperti sifat air yang menyesuaikan wadah dan mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, sukses dalam hidupnya dengan mendapatkan kemenangan-kemenangan dalam prestasi dan bisa memberikan manfaat kepada orang-orang disekitarnya dengan memberikan petunjuk atau ilmu yang dimilikinya. Bayi mungil itu kini telah menjadi seorang putri yang cantik dan anggun dan berusia 17 tahun.

Moment lain yang menjadi kenangan tak terlupakan dalam kehidupan rumah tangga kami adalah saat Allah memanggil kami untuk menjadi tamu-Nya berkunjung ke rumahnya yang mulia dan agung melaksanakan haji kecil ke Baitullah Ka’bah di Makkah Al Mukaramah di tahun 2015. 

Alhamdulillah atas kasih sayang-Nya aku dapat melaksanakan ibadah umroh dengan gratis karena ada wali murid les privat yang bernama Bu Iim dan Pak Nick yang dengan kemurahan hatinya menanggung semua biaya perjalanan umroh ku karena telah bernadzar jika anaknya lulus dari SMP Labschool Rawamangun dengan menjadi lulusan terbaik dan diterima di SMAN 8 akan memberangkatkan saya umroh dan qadarallah hal itu terjadi. Maka ditunaikanlah nadzar yang waktu itu telah diucapkan oleh Bu Iim.

Dan yang terakhir adalah momen yang sangat berat harus kami hadapi yaitu saat Allah mengambil kembali malaikat kecil kami yang dititipkan-Nya Ahmad Fathan Hidayat karena penyakit hidrosefalus yang dideritanya saat berusia 3 bulan. Seperti disambar petir siang bolong saat aku diberitahu dokter spesialis anak bahwa malaikat kecil ku mengalami penyumbatan aliran darah ke otak sehingga kepalanya membesar dari hari ke hari. 

Kami pun diberitahu kalaupun nanti akan dioperasi dan berhasil maka anak kami akan buta, tuli, dan lumpuh. Ya Tuhan, berat sekali cobaan yang kali ini kami hadapi. Bagaikan memakan buah si malakama, serba salah jika tidak dioperasi kepala anak kami akan semakin membesar dan jika dioperasi anak kami akan bisu, tuli, buta, dan lumpuh. 

Namun Allah punya skenario yang terbaik dan Allah lah sebaik-baik pengatur, setelah kami ikhtiar diiringi dengan doa maksimal untuk melakukan tindakan operasi membuka penyumbatan cairan ke otak, Fathan anak kami harus dirawat di ICU karena gangguan pernafasan akut. 

Singkat cerita malaikat mungil kami sudah di ruang ICU dengan segala selang yang dimasukkan ke dalam kerongkongannya dan kabel-kabel yang menempel di dadanya serta mesin detak jantung di samping tempat tidurnya (hati serasa teriris sembilu dan ditaburi garam ketika harus mengingat kembali kejadian ini). Setelah 3 hari di kamar ICU tim dokter memutuskan untuk melakukan tes tanda vital tubuh apakah Fathan masih hidup atau sudah meninggal. 

Dan setelah dilakukan tes Fathan dinyatakan sudah MBO (mati batang otak), tak henti-hentinya kami menangis berderaikan air mata, rasanya hampa dan saya harus menandatangani surat persetujuan untuk mencabut selang respirator alat bantu pernafasan. 

Setelah menandatangi surat itu dengan penuh rasa remuk redam aku berusaha kuatkan diriku untuk mencabut selang respirator itu perlahan-lahan dari dalam tenggorokan Fathan malaikat kecil ku (inilah momen terlama yang kurasakan walau pun berlangsung hanya beberapa detik). Bu dokter disamping ku pun turut sedih menitikkan air mata. Selamat jalan Fathan malaikat kecil ku. Tunggu Ummi dan Abi ya di sana…

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun