Mohon tunggu...
Urip Hidayat
Urip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis pemula, dan pemikir

Mengajar bahasa Inggris di SDN CIPINANG 05 , pengelola kursus percakapan bahasa Inggris Hi-5, anggota KKG guru bahasa Inggris SD Prov. DKI Jakarta, EFT+ PGRI, Guru Ahli, World Peace Organization

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

#2 Berkah Cinta Guru Honorer

8 Mei 2022   09:50 Diperbarui: 8 Mei 2022   09:57 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Emang dia gajinya berapa?” kata papanya.

“75 ribu Pa” jawabnya agak sedikit pelan.

“Hah 75 ribu? Kamu yakin sama dia? Gajinya kan cuma 75 ribu sebulan. Terus kamu mau dikasih makan apa? Emang cukup gaji segitu untuk biaya hidup sebulan?” kata papanya mencecar dengan bertubi-tubi.

“Ya semoga aja cukup Pa. Kan nanti setelah menikah dia bisa mencari kerja sampingan siapa tahu Allah kasih rezeki yang lebih untuk kita setelah menikah Pa.” kata sayang ku meyakinkan papanya.

“Ah kamu sok tau. Papa tuh sudah berpengalaman sudah menikah duluan. Kalau kamu kan cuma modal keyakinan dan cinta doang. Emang bisa hidup kalau cuma makan cinta doang? Kalau ga punya uang terus lapar gimana? Kalau ga punya uang terus sakit gimana? Kalau kamu hamil mau periksa kehamilan terus mau lahiran bagaimana? Kamu sudah berpikir sampai ke situ belum?” kata papanya dengan nada agak kesal.

“Udah ah Pa. Fitrie ngantuk mau tidur dulu.” kata belahan jiwaku.

Singkat cerita akhirnya kekasih ku berhasil meyakinkan papanya kalau aku adalah jodoh pilihan terbaik untuk hidup dan masa depannya (berhasil, berhasil horeee…). 

Niat keseriusan ku untuk melanjutkan hubungan aku dan kekasih ku ke jenjang pernikahan dinyatakan dengan kedatangan keluarga ku yang diwakili oleh bapak, ibu dan aku untuk membicarakan hari, tanggal pernikahan, mas kawin dan lain-lainnya. Semuanya pun telah disepakati dan ditetapkan. Tempat resepsi, jumlah orang yang akan diundang, panitia, seragam panitia, hari dan tanggal akad nikah dan resepsi, seserahan dan mas kawin.

Hari Sabtu 6 Maret 2004 adalah momen yang sangat spesial untuk ku. Masjid Islamic Center Karawaci menjadi saksi bisu ketika aku mengikat janji suci dengan sang belahan jiwa untuk melindungi, membimbing, memanjakan, memberi nafkah lahir batin, serta menggaulinya secara baik. 

Rasa haru biru menyeruak dari relung kalbu ku memanjatkan rasa syukur yang tak terperi kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas izin dan ridho-Nya aku dan permata hati ku menjadi pasangan halal dan kemudian kami arungi samudera kehidupan yang sebenarnya, menaiki bahtera rumah tangga dengan aku sebagai nahkodanya dan istriku sebagai mualimnya untuk melalui segala dinamika dan romantikanya.

Setelah menikah hari demi hari kami jalani dengan penuh cinta dan kasih sayang (maklum masih pengantin baru gitu loh…) panggilan sayang neng dan aa menghiasi kehidupan awal-awal tahun pertama rumah tangga kami (cie…cie…so sweet…). Setiap pasangan suami istri pastilah mendambakan buah hati untuk meneruskan generasi dan sebagai penyejuk hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun