Meledaklah tawa mereka yang beranggapan Lathifah halu tingkat tinggi di siang bolong. Tetapi, tetap saja ada yang memilih jalan pintas.
Lathifah mulai menggarap tesisnya dengan telaten.
"Gini doang? Kopi pendapat orang, narasikan ulang. Apa susahnya? Malas dipelihara." Gumannya dalam hati. Sombong nggak tuh? Hehehe
Sibuk? Iya. Tapi itu bukan alasan untuk curang. Kesibukan Lathifah jangan ditanya. Berangkat kerja selepas subuh, pulang sore, malamnya menggarap tesis, dini hari mengedit ulang. Kadang, selepas mengajar, harus kejar-kejar dosen untuk bimbingan bak fans ngejar idola.
Lelah? Sudah pasti. Apalagi penyakit HNP membersamai. Menyerah? Mustahil. Hasilnya? Sat-set, tesis tuntas. Seminar proposal? Lancar. Seminar hasil? Mulus. SIdang akhir? Anteng.
Karena disusun sendiri, setiap pertanyaan penguji dijawab dengan mantap. Dua semester, S2 beres walau ratusan kilometer harus ditempuh untuk bolak balik rumah-sekolah-kampus.
Bagaimana dengan pemilih jalan pintas? Mereka malah tertinggal. Cibiran yang awalnya mewarnai langkah Lathifah berubah menjadi decak kagum.
"Apa enaknya wisuda sendiri?" ledek salah seorang dari mereka.
"Oh tidak. Hampir seribu orang yang wisuda." Balas Lathifah dengan mata berbinar.
"Yang dari angkatan kita?"Â
Lathifah mengangkat bahu dan tertawa kecil. "No problem. Aku tak mau jadi bagian dari kaum pembenaran ketertinggalan!"