Lain halnya ketika bahan dapur habis. Seperti beras serta lauk pauk lainnya. Ini kebutuhan. So, segera penuhi dengan bijak. Tanpa perlu berlebih-lebihan. Karena Allah tak ridha dengan prilaku hidup boros dan berlebih-lebihan.Â
Keempat, the power of seimbang. Sering ucapan berseloroh terdengar.
"Gaji suamiku 1,7. Tanggal 1 gajian tanggal tujuh ludes." Sepintas ini terlihat hanya sebuah banyolan semata. Namun realitanya hal ini kerap sungguhan terjadi.Â
Awal bulan senyum begitu mengembang. Pertengahan hingga akhir bulan hawa mendung menyelimuti. Bahkan untuk sekadar tersenyum pun terasa berat.
Supaya hal ini tak terjadi, mari berupaya mengelola keuangan keluarga dengan bijak. Mau itu awal bulan, tengah bulan atau akhir bulan, tetaplah berbelanja dengan dosis seimbang.Â
Jika uang berlebih, hindari pemikiran untuk segera shoping atau pemenuhan keinginan yang sifatnya tak urgen. Alangkah baiknya kelebihan uang belanja ditabung. Cari momen yang tepat untuk sesekali memberi hadiah pada diri sendiri, pasangan dan keluarga.
Barangkali dengan rekreasi keluarga. Sesekali menyajikan masakan istimewa tak masalah. Intinya, akan lebih baik setiap kondisi dinikmati bersama oleh seluruh anggota keluarga.Â
Kelima, the power of sabar. Sebagai manusia biasa, sangat wajar memiliki keinginan kondisi kehidupan lebih baik. Rindu peningkatan kualitas hidup itu manusiawi. Tak ada yang salah dengan itu semua.
Misalnya saja, ingin tinggal di rumah sendiri. Tak kuat tinggal serumah dengan mertua. Atau bosan menjadi 'kontraktor' sejati. Terkadang mesti berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya.
Atau lelah berpanas-panasan dengan motor. Inginnya pakai mobil sendiri. Biar kulit tak berdebu dan tak kena paparan sinar matahari.
Sejatinya tak ada masalah dengan keinginan-keinginan ini. Banyak orang memiliki harapan yang sama dengan anda.