Pada pengagum kehidupan, dengarlah!
Tak hanya gelas yang mudah retak, lalu pecah
Ketahuilah, hati lebih tipis, patah, dan teriris
Kami yang kerap menangis
Terhempas gurauan keadilan, tragis
Ya, aku menatap pilu, anak mungil bersandal jepit dihadapku
Duduk dan berbisik
Begitu belia meregang hidup, terhimpit
Sekadar untuk makan pun sulit
Â
Di saat mereka merasakan kenyang
Kami, sesuap nasi pun tak kunjung datang
Anak mungil bersandal jepit sembari menahan lapar, bertanya padaku
Bagaimana aku bisa melihat dunia
Meraih buku, hanya mimpi belaka
Sementara mataku terbuka,
Namun hati tak henti meronta
Aku mendekapnya, anak mungil bersandal jepit, dihadapku
Air mata mulai terkuras, habis
Tak lagi terlihat menangis, masih teriris
Teruslah menengadah
Dia tak kan siakan
Berhentilah berharap pada mereka
Yang tak henti menyiakan
Percayalah
Jemari mungilmu tak sia-sia
Jika hati bertaut asa
Dia dan pertolongan itu ada
Sandal jepit milikmu mampu menahan jemari di kedua kaki kecilmu,
Hentikan malu, hiraukan laju
Jadikan alas untuk maju
Kau adalah bagian mimpi negeri ini
Jagalah hati, tak ternodai
Saat dua warna mampu berkibar
Pekik merdeka tak gentar
Di tengah gempuran akhir jaman yang digelar
Mundur? Bukan alasan untuk berpencar
Kami masih di sini, menanti
Dalam balutan diksi sunyi