Mohon tunggu...
UMI KULSUM
UMI KULSUM Mohon Tunggu... Guru - GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Saya suka bersama anak anak , senang membaca serta berharap selalu mendapat ilmu baru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duka yang Tidak Terucap

13 Mei 2024   12:29 Diperbarui: 13 Mei 2024   13:45 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Insullar News

Oleh: Umi Kulsum

Kutapaki jalan perlahan

Biarlah jalan berliku mengalahkan tikungan semu

Menyobek tangan dan kaki yang bergaris

Dalam kesedihan terhadap jalan kehidupan


Biarkan menderu kencang

Antara motor dan mobil berebut jalan

Biarkan kopling menjerit kesakitan

Melewati antara jurang dan tikungan

Di seberang jalan penuh sampah berserakan

Dan menumpuk bak gunung menjulang

Pekat dan gelap oleh robekan asap

Marah yang sembrono terselip

Biarkan ini menghancurkan bara api

Tentang jalan hidup yang dialami

Wajah keriput banjir sesaat

Membiarkan jalan hidup meluap tanpa arah

Menabarak batu terjal yang bergetar

Menggila dalam sekejap di dunia

Duka yang terselinap

Terbungkus dalam kenangan dalam

Menusuk dan merobek harapan

Hancur berkeping dibiarkan menyusup

Kebumen, 13 Mei 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun