"Maaf..." bisikku.
"Nggak apa-apa," jawabnya tenang. "Aku datang ke sini juga biar bisa belajar hidup lagi. Biar bisa mulai dari titik yang baru. Tanpa beban yang lama."
Langit semakin jernih. Angin malam mengalir pelan. Aku menatap bintang-bintang yang berkilauan, dan tiba-tiba merasa bahwa malam ini adalah salah satu malam yang akan sulit dilupakan.
"Kamu percaya nggak kalau... kadang Tuhan pertemukan kita dengan orang-orang tertentu, bukan untuk menjadi pasangan seumur hidup, tapi supaya kita bisa saling bantu bangun dari masa lalu?"
Aku menoleh padanya. Matanya masih menatap langit.
"Mungkin iya," jawabku pelan. "Atau mungkin, kita dipertemukan supaya bisa saling menghangatkan saat hujan deras."
Hanung tersenyum. "Kayak teh panas di malam basah."
Aku tersenyum juga. "Ya. Kayak teh panas di malam basah."
Kami duduk di sana cukup lama, sampai angin malam membawa dingin yang mulai terasa menusuk. Hanung menepuk lengannya, memberi isyarat agar kami kembali ke rumah.
"Besok aku antar kamu ke tempat paling indah," katanya sambil berdiri.
Aku mengangguk. "Oke."