Ghana merupakan salah satu negara di Afrika Barat yang pada saat tahun 2019 menjadi salah satu ikon perkembangan ekonomi di benua afrika yang menjadi sukses dengan binaan dari Dana Moneter Internasional (IMF). namun, ironisnya terhitung sejak tahun 2023 Ghana mengalami lonjakan kerugian yang sangat besar dan bahkan bisa dibilang bangkrut akibat terlilit hutang negara yang cukup banyak. Tercatat dari alporan New York Times, Rabu (27/09/2023), pemerintah ghana terlilit hutang miliaran dolar kepada kreditor internasional. Kejadian ini tentunya mengancam kestabilitasan ekonomi negara tersebut dan memberikan dampak negatif kepada masyarakat di Ghana.Â
Apa yang menyebabkan ghana terlibat hutang?
Ghana terlibat hutang dipengaruhi oleh banyak hal, yang pertama akibat pengeluaran pemerintah yang tinggi untuk pembangunan infrasturktur. Yang kedua akibat tantangan global yang semakin hari semakin menekan kestabilitasn ekonomi di Ghana. Yang ketiga, struktur ekonomi dan kebijakan ekonomi juga menjadi penyebab dari terlilitnya hutang Ghana.Â
Sebenarnya niat pemerintah untuk meningkatkan infrasturktur cukup baik, namun jika kita lihat dari segi ekonomi di Ghana belum mumpuni seharusnya pemerintah bisa mempertimbangkan hal tersebut. Tentunya untuk membangun infrastruktur ini membutuhkan dana yang cukup besar dan pemerintah mengakali hal tersebut dengan cara meminjam uang dari pihak eksternal.Â
Nah, meminjam uang dari pihak eksternal ini membuat pemerintah Ghana ketergantungan untuk selalu meminjam uang dari mereka. Biasanya, pemerintah Ghana meminjam udang dari bank dunia, IMF, Investor asing, dll yang tentunya akan memberikan bunga dengan harga tinggi dan peraturan yang ketat. Akibat ketergantungan ini, pemerintah Ghana menumpuk hutangnya dan bunga pun semakin meningkat sehingga hutang tersebut membludak pada tahun 2019 dan pada saat itu pemerintah sulit untuk membayarnya.Â
Beberapa faktor pemerintah Ghana sulit membayar hutang adalah, tantangan Global seperti fluktuasi harga komoditas ekspor, korupsi dan pengelolaan sumberdaya yang buruk, kebijakan ekonomi yang tidak konsisten, dan krisis ekonomi Global dan Pandemi Covid-19.Â
Dalam hal ekonomi, ghana sangatlah bergantung kepada ekspor komoditas seperti emas, kakao, dan minyak sebagai pendapatan negara. Fluktuasi harga komoditas ini di pasar internasional sangat memengaruhi pendapatan negara. Ketika harga komoditas turun, Ghana tidak mendapatkan cukup pendapatan untuk membayar utangnya, sementara pengeluaran pemerintah tetap tinggi. Untuk menutupi kekurangan ini, Ghana harus meminjam lebih banyak uang, yang memperburuk kondisi utang.Â
Dengan keadaan seperti ini seharusnya kebijakan pemerintah bisa mengatasi hal tersebut, namun kebijakan ekonomi Ghana telah berfluktuasi dari waktu ke waktu, sering kali bergantung pada pemerintahan yang sedang berkuasa. Ketidakstabilan dalam kebijakan ekonomi ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mengurangi kepercayaan investor.Â
Ketika ekonomi tidak tumbuh sesuai harapan, pemerintah lebih cenderung mengandalkan pinjaman luar negeri untuk mendanai defisit anggaran, yang akhirnya memperburuk beban utang negara. Ghana juga mengalami korupsi dan pengelolaan yang buruk dalam penggunaan dana publik. Dana yang seharusnya digunakan untuk proyek pembangunan yang bermanfaat malah disalahgunakan atau tidak dikelola dengan efisien. Hal ini berkontribusi pada kebutuhan untuk mengajukan lebih banyak utang untuk menutupi kekurangan yang dihasilkan oleh pengelolaan yang buruk.Â
Krisis ini semakin memburuk bersamaan dengan krisis ekonomi global, termasuk dampak pandemi COVID-19, memperburuk kondisi keuangan Ghana. Negara ini harus mengalokasikan dana besar untuk menangani krisis kesehatan dan sosial yang diakibatkan oleh pandemi, sementara pendapatan negara dari sektor-sektor penting seperti pariwisata, perdagangan, dan industri turun drastis.
Dampak Krisis Keuangan Terhadap Masyarakat Ghana
Krisis keuangan di Ghana memiliki dampak signifikan terhadap masyarakatnya, dengan peningkatan kemiskinan, pengangguran, dan penurunan daya beli. Inflasi yang tinggi menyebabkan harga barang pokok melonjak, menyulitkan banyak keluarga, terutama yang berpendapatan rendah. Akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan juga terbatas akibat pemotongan anggaran pemerintah. Program sosial yang penting mengalami pengurangan, mempengaruhi kelompok rentan. Selain itu, ketidakpastian ekonomi mengurangi investasi, memperburuk peluang kerja, dan mendorong migrasi tenaga kerja ke luar negeri. Secara keseluruhan, krisis ini memperburuk kualitas hidup masyarakat Ghana dan memperlebar ketimpangan sosial-ekonomi.
Bentuk Penangulangan Pemerintah Ghana terhadap Krisis Ekonomi
Pemerintah Ghana telah melaksanakan serangkaian langkah strategis untuk mengatasi krisis utang dan memulihkan stabilitas ekonomi negara. Langkah-langkah utama yang diambil meliputi restrukturisasi utang besar-besaran, reformasi fiskal, dan kerjasama dengan lembaga internasional seperti IMF.
- Restrukturisasi Utang dan Dukungan IMF
Ghana berhasil menyelesaikan restrukturisasi utang eksternal senilai $13 miliar, mengurangi beban utang sebesar $4,7 miliar dalam dua tahun. Proses ini melibatkan kesepakatan dengan lebih dari 90% pemegang obligasi dan mendapat dukungan dari kreditur resmi melalui kerangka kerja G20. Sebagai bagian dari program IMF senilai $3 miliar, Ghana menerima pencairan dana sebesar $360 juta pada Desember 2024, yang digunakan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan reformasi struktural. "berdasarkan ministry finance"
- Reformasi Fiskal dan Penghematan Anggaran
Di bawah kepemimpinan Presiden John Mahama, pemerintah melaksanakan kebijakan penghematan yang disebut "shock therapy". Langkah-langkah tersebut termasuk pemotongan pajak yang tidak efisien, pengurangan jumlah kementerian dari 30 menjadi 23, serta pemangkasan program-program yang dianggap tidak prioritas seperti YouStart dan One District One Factory. Selain itu, pemerintah meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak dan memperketat kontrol pengeluaran untuk mengurangi defisit anggaran.Â
- Peningkatan Manajemen Utang dan Sektor Energi
Pemerintah Ghana juga memperkuat manajemen utang dengan memperbarui sistem operasional sekuritas dan meningkatkan pengawasan terhadap utang yang terkait dengan perusahaan milik negara, seperti COCOBOD dan ECG. Di sektor energi, pemerintah merundingkan ulang kontrak dengan produsen listrik independen untuk mengurangi biaya kapasitas dan operasional. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menurunkan utang sektor energi dan meningkatkan efisiensi.Â
Melalui kombinasi restrukturisasi utang, reformasi fiskal, dan peningkatan manajemen sektor strategis, Ghana berupaya mencapai target rasio utang terhadap PDB di bawah 55% pada tahun 2028 dan rasio layanan utang terhadap pendapatan di bawah 18%.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI