Mohon tunggu...
Ulfatun Nisa
Ulfatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswi Aktif program studi Sastra Indonesia Angkatan 2024

"Sekecil apa pun ilmunya, tetap akan bermanfaat bagi sesama"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review Artikel Kritik Sosial dalam Novel Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi (Kajian Sosiologi Sastra)

14 September 2025   01:47 Diperbarui: 14 September 2025   01:47 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Gejolak Sindiran Masalah Sosial dalam Karya Ahmad Fuadi: Merdeka Sejak Hati


Artikel ini mengkaji struktur pembangun serta kritik masalah sosial dalam novel Merdeka Sejak Hati karya Ahmad Fuadi dengan pendekatan Sosiologi Sastra. Melalui metode deskriptif kualitatif, diperoleh tema berupa kebebasan batin serta perjuangan. Kemudian, tokoh dalam novel Merdeka Sejak Hati sebanyak 24 tokoh, salah seorang tokoh bernama Lafran Pane merupakan tokoh utama yang bijaksana, berani, jujur, disiplin, adil, penuh kasih, serta sederhana. Selanjutnya, penggunaan alur cerita novel tersebut adalah maju dan mundur sekaligus. Latar waktu dalam novel tersebut yaitu: pagi, siang, sore, hingga malam hari. Selain itu, suasana yang dihadirkan juga beragam, mulai dari haru, mencekam, ceria, bahagia, serta sedih. Sementara tempat yang menjadi latar cerita, meliputi: Sipirok, Medan, Batavia, Malang, serta beberapa lokasi lainnya. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Merdeka Sejak Hati mayoritas personifikasi. Melalui sudut pandang orang pertama, novel ini menyisipkan amanat bahwa dalam menjalankan kehidupan, diperlukan semangat hidup yang kuat kejujuran rasa syukur, berani, bertanggung jawab terhadap lingkungan, disiplin, serta konsisten. Kemudian, penemuan enam jenis  kritik sosial dalam kutipan data novel Merdeka Sejak Hati berupa kritik sosial masalah politik, moral, pendidikan, perihal agama, ekonomi, serta keluarga. Kritik-kritik sosial tersebut dapat mendorong pembaca berpikir lebih kritis guna mencari solusi atas permasalahan-permasalahan masyarakat dalam novel tersebut.

Artikel Sartika dkk (2023), menjadi unggul karena beberapa faktor. Pertama, peneliti menelaah novel Merdeka Sejak Hati dengan cukup rinci dan banyak pembahasan. Kemudian, pemakaian pendekatan deskriptif kualitatif dan sosiologi sastra dalam kajian ini, memungkinkan analisis mendalam, sehingga pengkaji tidak hanya mengidentifikasi data, namun juga menggali makna serta konteks sosial di balik kritik sosial dalam novel tersebut. Metode deskriptif kualitatif sangat cocok untuk penelitian humaniora, khususnya studi sastra, sebab berfokus pada interpretasi mendalam dan makna subjektif dari teks. Selain itu, penggunaan triangulasi teori membuat temuan penelitian lebih kuat dan dapat dipertanggungjawabkan, karena pembahasan permasalahan yang akan dikaji tidak hanya didukung oleh satu teori, melainkan oleh beberapa teori. Hal ini menjadikan hasil penelitian lebih valid dan kredibel.

Artikel ini menyajikan analisis struktural novel yang terperinci dan sistematis. Keabsahannya tercermin dari cara penulis mengurai unsur-unsur pembangun novel---seperti: tema, tokoh, alur, latar tempat dan waktu, serta amanat. Pada bagian pembahasan poin kedua, pengkajian tentang kritik sosial dalam novel sangat merinci karena penulis mengklasifikasikan temuannya ke dalam enam kategori yang berbeda (politik, moral, pendidikan, agama, ekonomi, dan keluarga). Pembagian ini membuktikan, bahwa penulis telah melakukan pengamatan mendalam dan menyeluruh terhadap isi novel Merdeka Sejak Hati. Berikutnya, mengenai kritik masalah sosial dalam novel karya Ahmad Fuadi, setiap kategori kritik sosial didukung oleh minimal dua kutipan yang diusung dalam menganalisis setiap kritik masalah sosial. Peneliti juga mampu menyatukan hubungan antara kutipan data yang ditemukan tersebut dan makna yang dihasilkan. Jumlah uraian analisis juga lebih banyak dari jumlah kutipan data yang dituliskan. Kemudian, peneliti juga berhasil memperkuat relevansi argumennya, saat menganalisis kritik-kritik masalah sosial dalam novel Merdeka Sejak Hati, berkat penyisipan pengkajian oleh studi-studi sebelumnya. Contohnya, "Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Kurniawan, 2019), tentang kritik sosial masalah politik". Hal ini membuktikan bahwa temuan artikel ini tidak berdiri sendiri, melainkan konsisten dengan temuan akademis lainnya. Sebagai sebuah studi sastra, analisis unsur struktural dan kritik sosial terhadap novel Merdeka Sejak Hati, juga sangat relevan untuk menjadi bahan materi ajar di pendidikan bahasa dan sastra. Dengan demikian, artikel ini tidak hanya memiliki nilai akademis, tetapi juga nilai praktis yang penting.

Di sisi lain, kajian ini juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Pertama, temuan penelitian ini sulit digeneralisasi ke karya sastra lain atau konteks yang lebih luas karena berfokus pada satu objek saja (novel Merdeka Sejak Hati). Kemudian, penerapan triangulasi teori, akan membutuhkan proses yang cukup lama dan memerlukan banyak tenaga, karena memerlukan pembacaan berulang-ulang, pencatatan detail, serta analisis yang mendalam dengan berbagai teori, sehingga membutuhkan komitmen yang besar dari peneliti. Kemudian, bagian pembahasan tidak sejalan dengan fungsi teknik triangulasi teori, yakni keabsahan terhadap data yang dikaji, sebab pada bagian pembahasan poin pertama mengenai struktur pembangun novel, penulis hanya menguraikan deskripsi hasil analisis, namun tidak satupun mencantumkan kutipan data, sehingga hasil temuan tidak dapat terbukti kevalidannya.

 Berdasarkan aspek bahasa, sebuah karya ilmiah harus memperhatikan kaidah kebahasaan Bahasa Indonesia (EYD V). Akan tetapi, dalam artikel tersebut, masih terdapat berapa kalimat tidak diberi tanda baca koma, sehingga terlalu panjang dan mengurangi kenyamanan serta keterbacaan pembaca. Selain itu, masih terdapat kata hubung yang diletakkan di awal kalimat pendahuluan, sehingga mengurangi objektivitas kepenulisan. Beberapa diksi juga ditemui kesalahan ejaan maupun kepenulisan, sehingga perlu pengecekan kembali bagian substansi artikel maupun kebahasaannya, guna menghasilkan artikel yang lebih baik, jelas, serta dapat dipertanggungjawabkan kebenaran data tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun