Dari sains-filsafat kita memperoleh ilmu tentang realitas empiris,tentang ilmu logika beserta sehimpunan hukum nya. tapi dari agama kita dapat memahami apa itu ilmu hakikat dan ilmu hikmat,dua buah ilmu yang tak dapat di desain serta dikonsepsikan oleh manusia-tak bisa diciptakan baik oleh sains maupun filsafat, dan hanya bisa dikonsepsikan serta diberikan oleh Tuhan sang maha pencipta
Dan apa yang saya tulis bukanlah hendak merendahkan kedudukan sains-filsafat yang merpakan hasil kreatifitas  SDM manusia itu,tapi ingin menempatkan keduanya pada kedudukan yang semestinya,sesuai porsinya,sesuai kapasitasnya,sesuai peruntukannya.
Karena masih banyak orang yang tidak bisa menempatkan keduanya pada tempat yang semestinya hingga melampaui kapasitasnya sendiri bahkan dengan berupaya meminggirkan agama. akhirnya mereka cuma terjerumus pada ber angan angan misal tentang sains yang bisa begini atau begitu tanpa mengukur kapasitas-kemampuan hakikinya.karena misal betapapun majunya teknologi robot maka sampai kapanpun mustahil sains bisa menciptakan ruh,mustahil menghentikan hukum kehidupan pasti semisal manusia pasti mati dan termasuk mustahil bisa menyingkap kehidupan sesudah manusia mati
Dan puncak dari miskonsepsi hubungan sains-filsafat-agama adalah terjadinya penghakiman terhadap deskripsi yang datang dari agama dengan menggunakan instrument sains-filsafat.bila itu terjadi artinya telah membawa sains-filsafat keluar dari ranah dan sekaligus kewenangannya yang seharusnya dibatasi itu.karena sains-filsafat idealnya memang bukan untuk menghakimi agama tapi seharusnya menjadi mitra dalam mengungkap kebenaran yang bersifat menyeluruh
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI