Untuk memahami persoalan ke akhiratan misal,tentu bukan metode empirisme yang dipakai tapi metode ilmu hakikat yang dipadukan dengan metode rasionalitas.dan secara keilmuan iman pun tidak akan bisa digapai kecuali dengan memahami landasan keilmuannya
Contoh,munculnya iman pada konsep balasan akhirat itu misal karena secara keilmuan kita faham bahwa perikehidupan dunia dengan kompleksitas permasalahannya itu ternyata tak bisa diselesaikan secara sempurna di dunia sehingga dapat diselesaikan secara tuntas itu  hanya dengan penyelesaian oleh tangan Tuhan di alam akhirat
Artinya,rasionalitas kita dapat memahami kenapa konsep balasan akhirat itu harus ada,dan pemahaman akal itu menjadi jalan bagi tumbuhnya iman-keyakinan akan kebenaran firman Tuhan tentang alam akhirat
Dan artinya,agama memiliki banyak cara-banyak jalan,termasuk jalan keilmuan yang bukan melulu metode empirisme atau rasionalisme tapi metode keilmuan yang diajarkan agama itu paralel dengan yang kita tangkap dengan dunia indera kita serta dapat difahami oleh akal fikiran kita artinya tidak ilusionis-tidak hayali tapi paralel dengan kenyataan sehari hari yang kita tangkap dengan dunia indera kita dan secara rasional konsep nya dapat kita fahami dengan akal kita
Contoh, pemahaman tentang konsep balasan akhirat tidak lepas dari realitas kehidupan dunia dimana kebaikan dan kejahatan adalah hal nyata dan kejahatan yang tidak terselesaikan secara tuntas-sempurna adalah realitas tersendiri juga, sehingga konsep Tuhan tentang balasan akhirat dapat kita fahami dengan akal fikiran kita
Karena jangan salah,tidak sedikit orang yang keliru dalam menyikapi serta memahamkan agama.mereka meminta agama untuk sama persis seperti sains yaitu memberlakukan metode empirisme. mereka ingin penjelasan akhirat misal, disertai bukti empiris langsung dan termasuk hal lain semisal deskripsi tentang saitan dan malaikat
Padahal karena keterbatasan dunia indera itu sendiri realitas itu tidak semua dapat terjangkau dunia indera manusia walau andai sudah dibantu peralatan sains, sebagian realitas tetap tersembunyi sebagai 'alam gaib' dan itu ber makna agar manusia tidak semata bergantung pada dunia panca inderanya semata tapi dapat memfungsikan kekuatan akal fikiran serta mata batin atau potensi potensi ruhaniah untuk menjangkau hal hal yang non fisik atau 'ruang metafisik' istilah filsafat nya
Dengan kata lain kita harus bijak,kapan menggunakan sains-ber filsafat dan kapan mendatangi agama.jangan sampai salah satu mendominasi sehingga yang lain ter abaikan.jangan sampai terhadap segala suatu persoalan misal melulu ingin dan harus menggunakan metode sainstifik atau melulu ingin dan harus menggunakan metode rasionalistik,semua ada tempat-ruang dan waktu nya.artinya semua memiliki fungsi tersendiri dalam kehidupan manusia dan tentu bukan berarti tidak bisa di saling padukan asal masing masing difahami hakikat serta fungsi dan peruntukannya
Kegagalan manusia memahami agama salah satunya diantaranya karena menggunakan standar pemahaman keilmuan yang keliru karena standar parameter keilmuan yang digunakan adalah parameter sainstifik yang serba harus memainkan prinsip empirisme itu. padahal kalau segala suatu harus serba empiris maka makna 'iman' serta 'yakin' dan sekaligus fungsi agama otomatis akan lenyap
Padahal dalam 'iman' itu segala potensi ruhaniah manusia yang melampaui dunia inderawinya terkumpul dan ter ekspresikan. dan itulah yang membedakan manusia dari binatang adalah,manusia dapat mengekploitasi hal yang diluar kemampuan dunia inderawi nya.tapi potensi ruhaniah ini hilang oleh orang orang yang ngotot ingin memberlakukan prinsip empirisme-saintisme-rasionalisme terhadap seluruh persoalan keilmuan serta kehidupan.padahal teramat banyak hal yang tidak bisa dipecahkan oleh manusia dengan peralatan sains-filsafat dan hanya bisa diselesaikan atau dijelaskan oleh sang maha pencipta
Bayangkan kalau semua hal bisa diselesaikan oleh kemampuan inderawi serta akali manusia melalui sains-filsafat maka Tuhan tidak akan memiliki peran sama sekali dalam kehidupan umat manusia