Apakah pendidikan adalah sebuah konsep yang dibuat dalam rangka mengisi otak manusia semata ?
Mungkin banyak yang berfikir bahwa di zaman serba teknologi canggih serta di zaman dimana persaingan ekonomi demikian tinggi ini yang diperlukan adalah otak otak pintar yang berisi ilmu ilmu terapan, bentuk ilmu yang kelak dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata yang bersifat duniawi.
Untuk menjawab tantangan teknologi serta persaingan ekonomi tersebut apalagi mungkin bila melihat bangsa Indonesia yang dianggap sudah tertinggal sangat jauh di banding bangsa bangsa lain di dunia
Maka dalam grand desain sistem pendidikan yang orientasi mengutamakan hal hal yang bersifat duniawi itu konsep pendidikan yang orientasi kepada hal metafisis-spiritual-abstrak-moralitas-akhlak yang orientasinya bukan hanya kepada kehidupan duniawi tapi terutama keselamatan di akhirat menjadi sesuatu yang mungkin oleh sebagian dipandang sebelah mata
Baca juga : Taburkan Ilmu Pengetahuan, Semaikan Pendidikan, Kobarkan Api Hardiknas 2021
Mungkin,sekali lagi mungkin itu yang menjadi dasar pandangan serta kebijakan penggagas ide pendidikan yang lebih fokus kepada hal yang bersifat duniawi melempar ide dihapuskan nya pendidikan agama disekolah sekolah yang kini mulai mencuat kembali ke permukaan dan menimbulkan efek ketakutan yang luar biasa bagi sebagian orang yang masih memiliki kepedulian dengan pendidikan agama serta tentu masalah akhlak serta keimanan.
Termasuk saya pribadi termasuk yang sangat syok,gelisah dan sangat cemas sekaligus marah dengan ide demikian, takut terjadi sesuatu hal yang menakutkan pada bangsa ini kelak nanti,yaitu ketika generasi bangsa sudah makin tidak peduli dengan hal hal yang bersifat spiritual dan para orang tua menjadi sulit  memasukkan pendidikan agama bagi anak anaknya
Saya masih bersyukur reaksi masyarakat utamanya di medsos atas permasalahan ini sangat ramai dan mayoritas bersikap keras. Dan tulisan inipun terinspirasi dengan semangat mereka mereka yang secara radikal menolak ide tersebut.tak bisa saya bayangkan andai publik sudah tak acuh dengan permasalahan seperti ini dan sang penggagas ide bisa leluasa menjalankan rencananya
Itulah, untuk mengharmonisasikan sistem pendidikan dengan manusia sebagai entitas penerima nya maka para desainer pendidikan harus mengetahui secara mendalam apa itu manusia serta apa itu kehidupan yang dijalani manusia sehingga bisa lahir sistem pendidikan yang meng akomodasi seluruh kebutuhan manusia
Mesti di ketahui bahwa manusia itu makhluk yang super kompleks demikian pula kehidupan yang mereka jalani tidak se sederhana yang dibayangkan-tidak hanya satu sisi-tidak hanya berkaitan dengan hal yang melulu material dan duniawi
Sebab itu system pendidikan yang dibuat pun mesti yang relevan dengan realitas manusia dan kehidupannya tersebut, artinya harus mempersiapkan manusia kelak menghadapi problematika serta tantangan kehidupan yang serba kompleks bukan hanya terkait hal material tetapi yang terkait dengan hal yang bersifat spiritual, non materi.Â
Bukan hanya yang menyangkut kehidupan duniawi nya tetapi juga memikirkan keselamatan nya kelak setelah mati,karena se sukses apapun kehidupan duniawi seorang manusia ia tetap akan mati, suatu saat cepat atau lambat ia tetap akan memerlukan Tuhan
Dengan kata lain para desainer pendidikan harus tahu dan ingat hal ini :
Bahwa manusia itu bukan cuma makhluk fisik-jasadiah tetapi ia juga adalah makhluk yang memiliki ruhani, manusia itu bukan cuma bergumul dengan hal fisik tapi juga dengan hal metafisik, manusia itu bukan cuma memiliki otak tapi juga memiliki hati,kebutuhan manusia itu bukan hanya materi tapi juga hal hal yang non materi,manusia itu bukan cuma hidup di dunia tapi kelak akan hidup di akhirat
Sehingga dalam melihat manusia, kehidupannya serta problematika yang kelak akan mereka hadapi itu jangan hanya satu sisi-satu arah-satu dimensi seperti sikap serta pandangan kaum materialist
Ataukah manusia saat ini makin mengarah menjadi materialist materialist yang makin tidak peka terhadap persoalan ruhani-spiritual-metafisis ? .. kalau menurut nubuatan para nabi itu adalah ciri umat manusia menjelang kiamat tiba
Alasan alasan diluar substansi pendidikan
Penggagas ide dihapuskannya pelajaran agama disekolah mungkin memiliki pemikiran bahwa agama cukup diajarkan di rumah oleh orang tua masing masing atau segudang alasan lain yang sama sekali tak terkait dengan substansi pendidikan yang bersifat menyeluruh.tapi musti di ingat bahwa dimanapun di praktekkannya, bila pendidikan hanya mengarah ke satu arah dan hanya di arahkan ke satu arah maka akan ada sesuatu yang hilang dari anak didik tersebut.
Baca juga : Epistemologi sebagai Hakikat Ilmu Pengetahuan
Dan bila sang anak terbiasa dilepaskan dari unsur pendidikan agama di sekolah maka itu akan menjadi karakternya kelak di kemudian hari, sang anak akan cenderung menjadi makhluk sekuler yang memisah agama dengan persoalan persoalan keduniawian.
Ini adalah karakter tercela dalam pandangan agama Ilahiah yang mana dalam ajaran agama Ilahiah unsur agama itu harus dijadikan pedoman dalam menghadapi persoalan persoalan duniawi, karena untuk itulah agama di turunkan, bukan untuk petunjuk melakukan ritual pribadi semata
Faktor keragaman agama juga tidak bisa dijadikan alasan oleh karena satu umat beragama memiliki hak serta kewajiban terhadap pendidikan agama generasinya termasuk ketika ia masuk ke sekolah kecuali di lingkungan negara dan masyarakat yang tak beragama tentunya.satu umat juga memiliki hak untuk tidak mengikuti pelajaran agama lain yang tidak di peluknya
Alasan apapun yang digunakan sang penggagas ide sekuleristik itu mesti di tela 'ah untuk dijawab dengan argumentasi yang realistik,ilmiah, masuk akal, tidak cukup dengan emosi tentunya.