Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Story Collector

Mō zhe shítou guò hé - Deng Xiaoping | Ordinary Stories, Structural Echoes

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Romantika "Unbeatable" dan Drama Manusia Menolak Kalah

19 Maret 2018   12:14 Diperbarui: 24 Maret 2018   18:08 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, selalu ciptakan momentum. Setiap perubahan harus selalu memiliki momentum yang pas.  Revolusi hanya terjadi pada republik yang hamil tua. Pada yang muda, namanya aborsi go-blok!

Tentu saja, empat tips itu harus disertai dukungan keuangan yang konstan, tak penting besarnya. Ching Fai walau hanya melatih pemuda Lin Siqi dan gerombolan ibu-ibu menuju tua yang bermimpi bodinya bisa kembali langsing dengan senam tanpa diet, ia punya uang untuk mendukung niatnya sebagai orang baik yang peduli.

Setiap usaha dan kesungguhan selalu membuka jalan.

Minjung dan anaknya menerima Ching Fai. Mereka akrab dan menjadi "setengah keluarga yang memiliki harapan baru". Setengah keluarga karena Ching Fai tak pernah menjadi ayah yang resmi. Ia hanya ayah di masa kritis. Ia berguna pada sesamanya. 

Yaiyalaah, kepada sesama yang semanis Minjung mah siapa saja juga mau.

Namun narasi sukses pencapaian Ching Fai belum cukup sampai di situ. Tak cukup sebatas menunjukkan tips kepada Anda yang Mblowan/wati ketika menghadapi target yang sedang dalam krisis diri serius.

Film Unbeatable berpuncak pada kembalinya Ching Fai ke ring tarung bebas dan membalas kekalahan muridnya yang kebanyakan modal nekad. Momen-momen mencapai pembalasan dendam inilah yang super romantik. Momen dimana Ching Fai berlatih dengan dilatari dendang Sounds of Silence-nya Simon & Garfunkel yang kelam nan filosofis:

People talking without speaking. People hearing without listening. People writing songs that voices never share. And no one dare disturb the sound of silence.

Apa yang dilakukan Ching Fai, apa yang dipesankan Sounds of Silence, membekap ingatan saya pada pesan Don Vito Corleone, sang Godfather dalam novel Mario Puzo. 

Wasiat Vito Corleone, setiap orang memiliki satu takdirnya. Takdir yang harus ditempuhnya seorang diri. Maka jangan pernah percaya pada penilaian orang banyak yang ketika disergap gigil kesunyian, isinya kencing celana semua.

Pangeran Diponegoro itu sejak muda sudah tahu perlawanannya bakal kalah walau merupakan perlawanan paling menghancurkan tatanan kolonial di Jawa. Demi kehormatan harga diri, agama dan tradisi, ia menempuh jalan perang lima tahun (1825-1830).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun