Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Sekolah dalam Menghadapi Tes Kemampuan Akademik (TKA)

3 Oktober 2025   04:30 Diperbarui: 2 Oktober 2025   18:51 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski tidak bersifat wajib, Tes Kemampuan Akademik (TKA) jenjang SMA yang akan dilaksanakan pada bulan November mendatang sudah mulai dipersiapkan secara serius. Dikdasmen pun sudah mengimbau partisipasi siswa melalui SMS resmi. TKA ini menjadi instrumen penting untuk mengukur capaian belajar murid secara nasional. 

Banyak hal yang dipertaruhkan jika pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik: nama baik sekolah, kesiapan siswa, hingga kepercayaan orang tua terhadap mutu pendidikan.

TKA, yang digelar untuk mengukur kemampuan akademik siswa SMA, seolah akan menjadi semacam “ritual akademik” tahunan. Sekalipun bukan penentu kelulusan, keberadaan TKA tetap menghadirkan suasana serius. Guru, siswa, dan bahkan orang tua larut dalam atmosfer persiapan.

Di setiap sekolah, langkah-langkah sistematis telah dirancang sejak jauh hari agar pelaksanaan TKA bisa berlangsung lancar sekaligus memberi hasil yang membanggakan.

Tangkapan layar SMS dari Dikdasmen tentang ajakan ikut TKA (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Tangkapan layar SMS dari Dikdasmen tentang ajakan ikut TKA (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Apa Itu TKA dan Tujuannya?

Tes Kemampuan Akademik (TKA) adalah ujian berbasis komputer yang dirancang untuk mengukur penguasaan siswa terhadap mata pelajaran inti di jenjang SMA. Tujuannya bukan semata-mata menilai, melainkan memberikan gambaran utuh tentang capaian akademik siswa selama tiga tahun terakhir.

Melalui TKA, sekolah dapat mengevaluasi mutu pembelajaran, guru bisa mengetahui titik lemah siswa, dan siswa sendiri bisa berlatih menghadapi model ujian yang lebih menantang. Dengan kata lain, TKA adalah alat ukur sekaligus sarana pembinaan akademik.

Mata Pelajaran yang Diuji

Pada jenjang SMA, terdapat tiga mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh semua siswa, yaitu: Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.

Selain itu, ada pula mata pelajaran pilihan sesuai jurusan dan minat siswa. Umumnya, sekolah menyebarkan edaran resmi agar siswa dapat memilih bidang yang relevan dengan peminatan mereka misalnya Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi, atau Geografi.

Pemilihan mata pelajaran ini penting, sebab akan menentukan strategi pembinaan yang diberikan. Guru dapat memfokuskan bimbingan sesuai dengan kebutuhan siswa, sementara siswa bisa lebih konsentrasi pada bidang yang mereka pilih.

Strategi Sekolah Menghadapi TKA

Untuk mencapai kesiapan yang optimal, sekolah biasanya menempuh sejumlah langkah strategis. Berikut beberapa di antaranya:

Pertama, Membentuk Tim dan Merancang Program

Persiapan diawali dengan pembentukan tim khusus yang terdiri dari para guru inti dan koordinator bidang studi. Tim inilah yang bertugas merancang seluruh program persiapan, mulai dari penyusunan jadwal pembinaan, pembagian tugas guru, hingga penetapan strategi teknis.

Tidak kalah penting, tim ini juga menjadi motor koordinasi dengan pihak sekolah, sehingga persiapan tidak berjalan secara parsial. Rapat demi rapat digelar untuk memastikan semua detail diperhatikan - mulai dari pemilihan materi, simulasi soal, hingga manajemen waktu belajar siswa.Kedua, Sosialisasi ke Siswa dan Orang Tua

Begitu rancangan program terbentuk, langkah berikutnya adalah sosialisasi. Siswa diberi pemahaman tentang pentingnya TKA, termasuk bagaimana tes ini bisa menjadi tolok ukur kualitas belajar mereka selama tiga tahun. Orang tua pun tak luput dilibatkan, sebab dukungan dari rumah berperan besar dalam menjaga motivasi dan kedisiplinan belajar anak.

Sosialisasi ini juga menjadi ruang klarifikasi. Banyak siswa awalnya bertanya-tanya: apakah nilai TKA akan menentukan kelulusan? Bagaimana jika hasilnya buruk? Melalui forum ini, sekolah memberikan jawaban yang menenangkan sekaligus memotivasi: TKA adalah kesempatan untuk mengukur kesiapan dan melatih daya juang.

Ketiga, Edaran Pilihan Mata Pelajaran

Di jenjang SMA, mata pelajaran TKA yang wajib diikuti seluruh siswa adalah Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Karena itu, sekolah menyebarkan edaran resmi agar siswa memahami betul fokus mata pelajaran yang akan diujikan.

Dengan adanya edaran tersebut, pembinaan bisa diarahkan lebih efektif. Guru pun lebih leluasa menyusun modul, soal latihan, dan strategi pembelajaran sesuai kebutuhan.

Keempat, Rapat Guru dan Koordinasi Teknis

Bagi guru, persiapan TKA adalah kerja ekstra. Tidak sekadar mengajar, mereka juga harus membimbing, menyusun kisi-kisi, sekaligus mengatur jadwal pembinaan. Rapat koordinasi yang melibatkan seluruh dewan guru menjadi momentum penting.

Dalam forum itu, semua disepakati: jadwal bimbingan, teknis try out, hingga mekanisme evaluasi. “Kita ingin TKA tidak hanya jadi ujian, tapi juga pengalaman belajar yang berharga,” ungkap salah satu guru matematika dalam rapat. Semangat kolektif inilah yang membuat persiapan TKA terasa seperti kerja bersama, bukan beban individual.

Kelima, Bimbingan Intensif dan Try Out

Salah satu strategi utama sekolah adalah pembinaan intensif selama sebulan penuh. Siswa mendapatkan tambahan jam pelajaran khusus, dipandu guru bidang studi. Materi difokuskan pada tiga mata pelajaran utama dan mata pelajaran pilihan siswa.

Selain itu, diadakan try out berbasis komputer. Tujuannya bukan hanya menguji pemahaman siswa, tetapi juga melatih mereka beradaptasi dengan sistem Computer Based Test (CBT). Latihan ini penting, sebab tidak semua siswa terbiasa mengerjakan soal di layar komputer.

Hasil try out harus dianalisis bersama. Siswa yang nilainya rendah perlu mendapat pendampingan khusus, sementara yang sudah cukup baik didorong untuk menjadi tutor sebaya bagi teman-temannya. Dengan cara ini, suasana belajar menjadi kolaboratif, bukan kompetitif semata.

Keenam, Menjelang Hari H

Menjelang pelaksanaan TKA pada bulan November, atmosfer di sekolah akan semakin terasa serius. Jadwal resmi dan teknis ujian akan kembali disosialisasikan kepada siswa agar tidak ada yang kebingungan. 

Guru akan terus memotivasi, sementara pihak sekolah memastikan sarana prasarana ujian berbasis komputer tersedia dengan baik - mulai dari perangkat komputer, jaringan internet, hingga sistem pengawasan.

Bagi siswa, masa-masa menjelang hari H akan menjadi ujian mental. Mereka bukan hanya dituntut menguasai materi, tetapi juga menjaga kesehatan fisik dan psikologis. Karena itu, guru BK akan ikut berperan memberi konseling ringan agar siswa tetap percaya diri, fokus, dan tidak panik menghadapi ujian berbasis CBT.

Persiapan dari Sisi Siswa

Selain strategi sekolah, kesiapan siswa sendiri menjadi faktor penentu. Tanpa usaha belajar yang konsisten, semua program sekolah tidak akan memberi hasil maksimal. Karena itu, siswa didorong untuk melakukan beberapa hal berikut:

  1. Membuat Jadwal Belajar Mandiri
    Siswa perlu membagi waktu belajar di rumah secara teratur. Fokus utama tentu pada tiga mata pelajaran wajib: Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, disertai mapel pilihan yang sudah dipilih.

  2. Mengulang Materi dan Latihan Soal
    Penguasaan konsep dasar sangat penting. Siswa dianjurkan untuk rutin mengulang materi kelas X-XII serta mengerjakan latihan soal berbasis komputer agar terbiasa dengan format CBT.

  3. Mengikuti Bimbingan dengan Serius
    Sekolah sudah menyediakan pembinaan khusus, sehingga siswa diharapkan aktif bertanya dan berdiskusi selama bimbingan berlangsung.

  4. Menjaga Kesehatan dan Pola Tidur
    Persiapan akademik tidak akan optimal tanpa kondisi fisik dan mental yang prima. Tidur cukup, makan bergizi, serta olahraga ringan perlu dijaga menjelang ujian.

  5. Membangun Mental Positif
    TKA seringkali menimbulkan kecemasan. Karena itu, siswa disarankan menjaga motivasi, berpikir positif, dan memanfaatkan dukungan teman sebaya maupun guru BK.

Hal yang Harus Dihindari dalam Persiapan dan Pelaksanaan TKA

Bagi Sekolah:

  • Jangan hanya fokus pada drilling soal. Persiapan monoton justru membuat siswa tertekan dan mengurangi semangat belajar.
  • Mengabaikan keseimbangan waktu belajar dan istirahat. Jadwal terlalu padat bisa memicu stres siswa.
  • Menggunakan metode belajar satu arah. Guru perlu melibatkan siswa dalam diskusi, latihan kreatif, dan simulasi agar lebih efektif.
  • Menjadikan TKA sebagai “ajang gengsi sekolah”. Orientasi sebaiknya pada peningkatan mutu, bukan sekadar peringkat.

Bagi Siswa:

  • Menghafal tanpa memahami konsep. TKA lebih menekankan kemampuan berpikir kritis, bukan sekadar hafalan.
  • Belajar dengan sistem kebut semalam (SKS). Hal ini membuat otak lelah dan hasil tes tidak optimal.
  • Mengabaikan kesehatan fisik dan mental. Kurang tidur, pola makan tidak teratur, dan stres bisa menurunkan konsentrasi.
  • Membandingkan diri secara berlebihan dengan teman. Lebih baik fokus pada peningkatan diri sendiri.

Penutup

Persiapan panjang ini mengajarkan banyak hal, tidak hanya tentang Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Lebih dari itu, TKA melatih siswa tentang arti disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras.

Meski tidak bersifat wajib secara nasional,  siswa akan tetap mengikuti TKA. Hal ini bukan semata soal nilai, tetapi tentang bagaimana sekolah membangun budaya belajar yang sehat dan mengasah daya juang siswa menghadapi tantangan akademik.

November nanti, ketika siswa duduk di depan layar komputer, mereka tidak hanya akan membawa ingatan atas rumus, kosakata, atau kaidah bahasa. 

Mereka akan membawa doa, kerja keras, serta dukungan seluruh komunitas sekolah. Dan itulah modal sesungguhnya untuk melangkah lebih jauh: menjadi generasi cerdas yang siap menghadapi masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun