Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fragile Generation? Atau Generasi yang Kehilangan Ruang Bergerak?

20 September 2025   19:36 Diperbarui: 20 September 2025   17:45 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Budaya "Mager" yang Menggoda

Istilah mager alias "malas gerak" bahkan sudah jadi bahasa gaul yang normal. Rehat di rumah dengan AC dan Netflix terasa lebih nyaman ketimbang berpanas-panas di lapangan. Fenomena ini bukan hanya terjadi di kota besar, tapi juga mulai merambah ke daerah.

3. Olahraga Dianggap Ribet

Tidak semua anak muda punya akses ke fasilitas olahraga. Gym mahal, lapangan sering terbatas, bahkan olahraga di luar rumah kadang dianggap mengganggu lingkungan. Akhirnya, olahraga dipersepsikan sebagai aktivitas ekstra, bukan kebutuhan sehari-hari.

Sistem yang Membatasi Gerak

Di balik gaya hidup anak muda, ada sistem yang tanpa sadar ikut "mendiamkan" mereka.

1. Ruang Publik Terbuka yang Minim

Taman kota sering kalah oleh pembangunan mal, gedung perkantoran, atau perumahan. Anak muda kehilangan ruang gratis untuk bermain bola, berlari, atau sekadar bergerak bebas. Akibatnya, aktivitas fisik yang alami semakin sulit dilakukan.

2. Sekolah yang Terlalu Akademis

Kurikulum kita masih menekankan aspek kognitif. Jam pelajaran padat membuat siswa lebih banyak duduk daripada bergerak. Padahal, aktivitas fisik terbukti mendukung konsentrasi dan prestasi akademik.

3. Budaya Orang Tua yang Ingin Anak Anteng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun