Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tamu Merokok di Rumah Kita: Menegur atau Membiarkan?

16 September 2025   05:09 Diperbarui: 16 September 2025   13:27 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahaya rokok tak berhenti di ujung puntungnya. Asapnya tinggal lama di kursi, tirai, bahkan baju. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)

Tegas bukan berarti tidak ramah. Tegas justru menunjukkan bahwa kita punya prinsip dan menghargai diri sendiri. Bahkan, banyak perokok sejatinya memahami bila ada rumah tangga yang menolak rokok. Tinggal bagaimana kita mengomunikasikannya dengan cara yang bijak.

Rumah Bebas Rokok: Benteng Pertama

Saat ini banyak ruang publik yang mulai tegas melarang rokok di dalam ruangan. Restoran, bandara, terminal, bahkan beberapa kantor pemerintahan menyediakan area khusus merokok. Artinya, secara sosial, tren menuju kawasan bebas rokok sudah berjalan.

Lalu, mengapa rumah kita sendiri tidak bisa menjadi bagian dari gerakan ini? Rumah adalah benteng pertama melawan paparan rokok, tempat anak-anak belajar bahwa kesehatan lebih penting daripada kebiasaan yang merugikan.

Semakin banyak keluarga yang menerapkan aturan rumah bebas rokok, semakin cepat norma sosial bergeser. Merokok di dalam rumah perlahan tidak lagi dianggap wajar, melainkan perilaku yang tidak pantas.

Kenapa Kita Harus Tegas Di Rumah

Dengan data di atas, penting untuk membuat poin-poin berikut dalam artikel ini yaitu:

Pertama, Rumah sebagai garis pertahanan pertama. Kalau di ruang publik saja kita sudah punya regulasi dan zona bebas asap rokok, maka di rumah kita sendiri seharusnya bisa menjadi zona bebas asap rokok yang lebih aman. Demi melindungi anak, bayi, lansia, serta orang dengan kondisi kesehatan tertentu.

Kedua, Efek jangka panjang asap rokok pasif. Anak-anak yang terkena asap rokok secara rutin bisa mengalami gangguan pernapasan (ISPA, bronkitis, asma), infeksi telinga, lebih sering sakit, dan tumbuh kembang yang tidak optimal. Bagi ibu hamil, konsekuensinya bisa berat: berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, atau komplikasi kehamilan. 

Ketiga, Tanggung jawab moral dan sosial. Kita hidup dalam lingkungan bersama. Apa yang kita izinkan di rumah kita bukan cuma memengaruhi keluarga sendiri, tapi juga berdampak psikologis pada tamu dan lingkungan. Kebiasaan merokok yang tidak dikontrol bisa dianggap sebagai norma, sehingga generasi mendatang bisa melihat rokok sebagai sesuatu yang biasa.

Keempat, Kesehatan sebagai investasi jangka panjang. Mengizinkan asap rokok memperburuk kualitas udara, yang bisa memicu penyakit kronis, memperpendek umur, dan meningkatkan biaya kesehatan. Sebaliknya, rumah yang bebas asap rokok berpotensi mengurangi risiko kesehatan, memperkuat produktivitas keluarga, dan menjaga kualitas hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun