Memberi Alternatif: Solusi yang Elegan
Menolak bukan berarti menutup pintu. Kita tetap bisa menjadi tuan rumah yang ramah dengan memberi alternatif. Bila ada halaman, teras, atau ruang terbuka, arahkan tamu untuk merokok di sana. Dengan begitu, semua pihak tetap merasa dihargai.
Pendekatan ini penting, sebab menolak mentah-mentah bisa menyinggung. Tetapi bila kita menawarkan solusi, tamu pun biasanya bisa memahami. Lagi pula, di ruang publik seperti kafe atau bandara, perokok sudah terbiasa diarahkan ke smoking area.
Data yang Menguatkan: Bahaya Perokok Pasif
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa tidak ada batas aman untuk paparan asap rokok. Setiap isapan yang dihirup orang lain sudah membawa risiko kesehatan. WHO bahkan mencatat lebih dari 7 juta kematian tiap tahun di dunia akibat rokok, dan 1,3 juta di antaranya adalah perokok pasif (WHO, 2023).
Di Indonesia, hasil Survei Tembakau Global (GATS 2021) menunjukkan hampir 97% penduduk pernah terpapar asap rokok di ruang publik (Kemenkes RI & WHO, 2021). Kondisi di rumah lebih berbahaya karena ruangannya tertutup, udara terjebak, dan asap menempel di perabot maupun pakaian-fenomena yang dikenal sebagai third-hand smoke (CDC, 2022).
Efek jangka panjangnya tidak main-main:
- Anak-anak lebih rentan terkena ISPA, asma, infeksi telinga, hingga gangguan pertumbuhan.
- Ibu hamil berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau prematur.
- Lansia lebih mudah terkena komplikasi pernapasan dan jantung.
Dengan fakta ini, membiarkan tamu merokok di dalam rumah sama saja dengan melepaskan tanggung jawab moral kita untuk melindungi keluarga.
Antara Toleransi dan Ketegasan
Ada anggapan bahwa menegur tamu bisa merusak hubungan. Namun, toleransi tidak berarti mengorbankan prinsip. Sama seperti kita tidak membiarkan tamu berbicara kasar di depan anak-anak, atau membawa minuman keras ke ruang keluarga, maka kita juga tidak perlu membiarkan tamu merokok di dalam rumah.