Guru Itu Pembelajar Sejati dan Mendalam
Di Indonesia, guru kerap digambarkan sebagai sosok yang "digugu dan ditiru" dihormati dan diteladani. Namun, di balik peran itu, sering kali terlupakan satu hal penting: guru adalah pembelajar sejati. Mereka bukan hanya pengajar yang menyalurkan pengetahuan, tetapi juga individu yang terus belajar, mendalami makna pendidikan, dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Dalam konteks pendidikan abad ke-21, peran guru semakin kompleks. Mereka tidak lagi cukup hanya menguasai materi pelajaran, melainkan juga harus memahami psikologi siswa, perkembangan teknologi, dan dinamika sosial yang memengaruhi proses belajar. Di sinilah letak pentingnya pembelajaran mendalam, baik bagi siswa maupun guru.
Sebuah In House Training (IHT) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung menjadi contoh nyata bagaimana guru meneguhkan identitasnya sebagai pembelajar. Dalam pelatihan tersebut, para guru diajak mengeksplorasi konsep pembelajaran mendalam (deep learning) dan asesmen berkeadilan. Kegiatan ini memperlihatkan bahwa belajar tidak berhenti setelah seseorang mendapat sertifikat atau gelar, melainkan berlangsung sepanjang hayat.
Guru Belajar: Dari Transfer Pengetahuan ke Pembelajaran Bermakna
Pendidikan tidak boleh dipandang sebagai proses satu arah, dari guru ke siswa. Paulo Freire, seorang pemikir pendidikan asal Brasil, pernah mengkritik "model perbankan" dalam pendidikan, di mana guru dianggap sebagai penyetor pengetahuan dan siswa sebagai rekening kosong. Model ini, menurut Freire, membunuh kreativitas dan mematikan daya kritis siswa.
Sebaliknya, pendidikan sejati terjadi ketika guru dan siswa sama-sama belajar. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendengar, merefleksi, dan mengembangkan diri. Ketika guru belajar, siswa pun terdorong untuk tumbuh bersama.
Di SMA Negeri 2 Bandar Lampung, para guru diajak merefleksikan pengalaman mereka: apakah selama ini pembelajaran hanya menekankan pada "selesai materi" ataukah sudah sampai pada pemahaman mendalam?Â
Pertanyaan ini sederhana, tetapi mendasar. Sebab, pembelajaran mendalam tidak diukur dari seberapa cepat siswa menuntaskan bab, melainkan dari sejauh mana siswa mampu menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan nyata.